Tuesday, June 04, 2019

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 H

Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 H
Mohon Maaf Lahir & Batin





gambar diambil dari Twitter, akun @KaryaAdalah Doa






foto diambil dari Twitter, akun @narkosun

Sunday, May 26, 2019

Celakalah Bangsa yang Bodoh dan Malas

Banyak peristiwa terjadi selama penyelenggaraan dan paska pileg dan pilpres Indonesia tahun 2019. Yang sangat menyolok adalah begitu masifnya penyebaran berita bohong dan ujaran kebencian. Yang paling menyedihkan adalah kerusuhan paska penetapan pemenang pemilihan presiden, yang sudah ditetapkan oleh KPU pada tanggal 21 Mei 2019 yaitu Joko Widodo.

Berkembangnya berita bohong, hoax dan ujaran kebencian sudah mulai lama, terutama sejak pemilihan presiden tahun 2014, kemudian semakin marak pada kasus Ahok yg dituduh menista agama pada saat pemilihan gubernur DKI tahun 2017 dan terus berlanjut sampai pemilihan presiden di tahun 2019 ini.

Kerusuhan paska penetapan pemenang pemilihan presiden juga tidak lepas dari bumbu berita bohong, hoax dan ujaran kebencian yang sangat masif di masyarakat.

Saya berbincang dengan seorang pakar komunikasi dari salah satu perguruan tinggi ternama di negeri ini, intinya saya ingin tahu apa kira-kira penyebab begitu kacaunya kondisi sosial politik di Indonesia ini.

Dari diskusi tersebut saya berani menyimpulkan bahwa akar dari segala kekacauan ini adalah terutama karena kebodohan dan kemalasan.

Bodoh karena tidak tahu dan tidak paham apa yang sesungguhnya terjadi, kebodohan tersebut menjadi lebih parah karena kemalasan.  Malas belajar, malas membaca, malas mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Alih-alih secara kritis belajar, membaca, mencari tahu atau mencari sumber informasi pembanding, banyak orang justru sok tahu dan secara emosional ikut menyebarkan berita bohong, hoax atau ujaran kebencian tersebut sehingga berita bohong tersebut justru semakin tersebar dan semakin banyak orang (bodoh) yang percaya dan turut menyebarkan kembali.

Jika Anda cukup jujur dan rendah hati, maka tidak sulit untuk menemukan bukti dari apa yang saya sampaikan tersebut.  Begitu banyak berita bohong terkait presiden kita Jokowi yang sudah tersebar luas dan dipercaya oleh (mungkin) jutaan rakyat Indonesia.  Saya tidak mengatakan bahwa Jokowi tidak punya kekurangan, sekali lagi jujur saja menurut saya cukup banyak juga kebijakan Jokowi yang janggal dan memberi kesan bahwa beliau tidak berpihak pada rakyat. Namun fakta tersebut tidak serta-merta membenarkan fitnah yang sudah tersebar bahwa Jokowi PKI, anti Islam, anti ulama, pro asing dan aseng dan sebagainya.

Cobalah kita jujur, mencari informasi yang lengkap dan berimbang dari semua pihak, bukan hanya pihak Anda atau kita saja, tapi juga dari pihak "lawan".  Cobalah uji informasi tersebut apakah benar atau tidak, apakah masuk akal atau mustahil.  Gunakan nalar dan hati nurani yang jernih.

Saya ingin memberi beberapa contoh, selama kerusuhan paska penetapan pemenang pemilihan presiden ada beberapa berita yang tersebar di media sosial
- anggota Brimob impor dari China menembaki Mesjid
- polisi menembaki perusuh dengan peluru tajam
- para pendemo melakukan aksi damai, tanpa kekerasan
- ada ambulans dari partai Gerindra yang membawa batu dan senjata tajam
- ada pensiunan Jenderal Komandan Pasukan Khusus yg menyelundupkan senjata
- bahwa Pemilu 2019 adalah pemilu terburuk sepanjang sejarah Indonesia

Silakan Anda secara jujur mencari informasi kebenaran berita tersebut di atas, mana yg benar, mana yg bohong, gunakan nalar dan hati nurani Anda.

Sebagai contoh saja, saya ambil berita terakhir, sebelum menyimpulkan bahwa Pemilu 2019 adalah yg terburuk sepanjang sejarah Indonesia,  Anda harus cari tahu dulu sudah berapa kali Indonesia menyelenggarakan Pemilu, tahun berapa saja dan apa yg terjadi pada masing-masing Pemilu yang pernah dilaksanakan tersebut.

Memang melelahkan untuk mencari tahu dan melakukan klarifikasi sebuah berita itu benar atau tidak, tapi itu membuat Anda menjadi pandai, kritis dan bisa membuat bangsa ini menjadi lebih baik.