Wednesday, April 15, 2015

Logika Bengkok Seorang Dirjen



Freddy Budiman, seorang terpidana mati yg di Lapas Nusa Kambangan malah hidup nyaman seperti di hotel dengan berbagai fasilitas seperti TV dan handphone, bahkan masih bisa mengendalikan bisnis narkobanya dari penjara.

Kasus ini jelas mengusik rasa keadilan kita. Pemerintah (jika masih bisa berpikir jernih dan logis) seharusnya tidak hanya malu tapi juga menganggap ini masalah serius yg harus disikapi dengan tegas.













Yang aneh adalah pernyataan dari  Dirjen Pemasyarakatan Kemenkum & HAM, Handoyo Sudrajat (dikutip dari Harian Indopos, Rabu 15 April 2015).  Sudrajat menyatakan bahwa kasus tersebut merupakan "dampak dari tidak seimbangnya jumlah tahanan dan sipir.  sesuai data Ditjen Pemasyarakatan, jumlah sipir di Indonesia saat ini ada sekitar 14 ribu orang. Jumlah itu lebih kecil 10 kali lipat jika dibandingkan dengan tahanan yg mencapai 165 ribu orang"

Siapapun Anda yg waras dan bisa berpikir, silakan menilai sendiri seperti apa kualitas seorang Dirjen Pemasyarakatan tersebut. Bukannya malu dan bertekad keras untuk melakukan perbaikan, malahan menyalahkan kondisi perbandingan jumlah sipir dengan tahanan, sesuatu yg sama sekali tidak relevan.

Seorang narapidana bisa mendapatkan fasilitas luar biasa tersebut, tentu disebabkan karena adanya kolusi dengan sipir atau kepala penjara, dan bukan karena perbandingan tidak seimbang antara jumlah sipir dan jumlah tahanan.

Aneh bin ajaib di negeri mimpi.

No comments:

Post a Comment