Tuesday, August 25, 2009

RI terjebak Impor Pangan

Waktu kecil dulu, di SD saya diajari bahwa Indonesia adalah negara agraris, mayoritas rakyatnya hidup dari pertanian. Indonesia tanahnya subur, apapun yang ditanam akan tumbuh dan menghasilkan buah berlimpah.

Gambaran itu nyaris sudah tidak ada sekarang. Warga desa tak ada lagi yang mau jadi petani, rakyat berbondong-bondong ke kota mencari nafkah. Kebijakan pemerintah juga idem dito alias sami mawon sama saja. Tidak ada kebijakan pemerintah yg mendorong terciptanya kemandirian pangan.

Judul posting ini adalah headline news di harian Kompas edisi 24 Agustus 2009, Senin kemarin.

Kompas menulis demikian: ".... Kebijakan pembangunan ekonomi nasional yang bias industri mengabaikan pengembangan potensi pangan lokal dan pemenuhan kebutuhan pangan warga. Akibatnya Indonesia kian terjebak dalam arus impor pangan. Lebih dari 5 Miliar Dolar AS atau setara Rp 50 Triliun lebih devisa setiap tahun terkuras untuk mengimpor pangan"

Lebih ironis lagi garam sekalipun -produk murah meriah- yg bisa dibuat sendiri dengan mudah oleh masyarakat (karena bahan baku tersedia di alam secara cuma-cuma) ternyata harus diimpor juga. Nilainya gak tanggung-tanggung 1,58 juta ton setara Rp 900 Milyar setahun.

Kapan para penyelenggara negeri ini akan terbuka mata hatinya melihat ironi ini ? Masihkah Indonesia Merdeka ?

Sunday, August 23, 2009

Masihkah Indonesia Merdeka ?

Baru saja kita merayakan ulang tahun kemerdekaan yang ke-64. Anak saya kelas 6 SD ikut pawai di sekolahnya. Di kampung-kampung dilakukan macam-macam perayaan perlombaan. Batang pinang didirikan dengan hadiah sepeda di puncaknya. Bendera merah putih dikibarkan di rumah-rumah.

Dua hari kemudian, pesta usai, perayaan satu tahun sekali selesai. Tak lama kemudian bendera akan segera diturunkan. Saya merenung, sudah 64 tahun kita merdeka, sudah 64 kali kita mengulang perayaan ini. Masihkah kita merdeka ?

Jika 64 tahun lalu kita merdeka dari pendudukan Jepang dan Belanda, layaklah kita berpesta.

Bagaimana saat ini ?

Mungkin saya terkesan sinis, dan mudah-mudahan saya keliru. Mudah-mudahan kita tidak lagi dijajah oleh kebodohan kita sendiri, oleh korupsi dan ketamakan, oleh kepicikan dan primordialisme. Dirgahayu Republik Indonesia Tercinta !