Friday, January 25, 2013

Logika sesat SBY terkait tindak Korupsi

Bahwa bapak presiden SBY tidak serius dalam menangani korupsi saya kira semua orang sudah tahu. Juga bahwa beliau tidak tegas dalam menengahi konflik antara KPK dengan POLRI soal beberapa isu korupsi, saya banyak orang sudah tahu.  Tapi bahwa bapak SBY punya logika berpikir yang sesat tentang perilaku korupsi.....  apakah Anda sudah tahu ?  Saya sendiri baru tahu tadi malam (Kamis, 24 Januari 2013) ketika menyaksikan tayangan Gesture di TV One.

Dalam acara Gesture tersebut ada wawancara dengan Ketua KPK, Abraham Samad, ditampilkan pula rekaman pernyataan presiden soal korupsi yang dilakukan pejabat.  Pernyataan tersebut ternyata diucapkan bapak SBY pada 10 Desember 2012 lalu, beliau antara lain mengatakan: 
".......kasus korupsi yang terjadi karena ketidak-pahaman pejabat......  maka negara wajib menyelamatkan mereka-mereka yang tidak punya niat untuk melakukan korupsi tapi bisa salah dalam mengemban tugas-tugasnya....."

Rekaman pernyataan presiden SBY bisa Anda lihat sendiri di youtube: http://www.youtube.com/watch?v=eUgMQV6WE2k silakan dicermati menit 1:08 sampai 1:35.

Menurut saya logika berpikir bapak SBY bukan saja aneh tapi juga sesat.  Hukum tidak mengenal "tidak tahu", lepas dari tahu atau tidak tahu, perbuatan korupsi harus dihukum.

Seandainya hukum di Indonesia merujuk pada pernyataan SBY tersebut, maka saya yakin perilaku korupsi akan semakin subur terjadi di Indonesia.  Para pejabat koruptor dengan mudahnya akan berkilah bahwa mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan salah. 

Menurut saya para pejabat yang digaji dengan uang pajak dari rakyat, harus paham prosedur hukum dan harus paham peraturan, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.  Jika tidak mampu, seharusnya mereka mundur dari awal, jika merasa mampu mereka harus bertanggung-jawab secara moral untuk mengupayakan kemajuan bangsa ini, tentu dengan tetap mematuhi rambu-rambu peraturan dan hukum.

Jangan salahkan rakyat jika mereka berpikir presiden mereka aneh, tidak tegas, ragu-ragu, lamban dan bahkan sesat......

Wednesday, January 23, 2013

Indonesia Banjir.....(kebodohan yg dilestarikan)

Minggu-minggu ini kita semua dibuat sedih, kesal, prihatin, lelah, mungkin juga marah, dongkol dan sebagainya segala emosi yang negatif bercampur teraduk-aduk, semuanya karena banjir besar yang melanda banyak tempat, tidak hanya di DKI Jakarta tapi juga Bekasi, Karawang, Jawa Timur, Makasar dsb.

Tentu kita tidak bisa menyalahkan alam, curah hujan yang terlalu tinggi.....  

Menurut saya, banjir di Indonesia, dan khususnya di Jakarta merupakan bukti nyata kebodohan dan kebebalan bangsa ini dalam mengelola dan mengolah alam.  Pengelolaan lahan yang sembarangan, pembabatan hutan secara liar (karena tamak), pengelolaan tata kota juga sembarangan, tidak adanya ruang terbuka hijau untuk menyerap air, bukan hanya di Jakarta tapi juga di Bopunjur (Bogor Puncak Cianjur).

Pengelolaan sampah juga sembarangan, orang tidak malu membuang sembarang benda ke segala tempat, kadang bahkan membuang kasur atau sofa bekas di sungai.   Saluran-saluran air mampet.  Pemerintah membiarkan para pengembang properti berlomba-lomba membangun perumahan dan gedung perkantoran, tanah kosong habis dipakai untuk gedung dan tempat parkir.  Pemerintah tidak ada terpikir untuk membuat ruang terbuka hijau, taman-taman dengan pohon-pohon pelindung, yang bisa berfungsi ganda sebagai paru-paru kota, juga sebagai tempat resapan air.

Kebodohan dan kebebalan kita semakin parah, karena kita tidak pernah belajar dari pengalaman dan masa lalu.  Banjir besar sudah berulang kali terjadi, yang terakhir adalah tahun 2002 dan 2007.  Pemerintah tidak pernah terpikir untuk membuat solusi komprehensif jangka panjang. Pemerintah tidak pernah melakukan evaluasi atas pembangunan dan pengembangan
yang telah dilakukan.

Menurut saya, kita tidak perlu berpikir tentang proyek-proyek besar bernilai puluhan Trilyun rupiah.  Kita bisa mulai dari hal-hal kecil dan sederhana, misalnya:
- pemerintah membatasi dan mengatur penggunaan lahan untuk pembangunan gedung
- pemerintah mensyaratkan sekian persen dari setiap lahan yg dibangun harus dialokasikan untuk ruang hijau
- pemerintah mensyaratkan setiap rumah tinggal dengan luas minimal tertentu untuk membuat sumur resapan dan/atau biopori
- pemerintah menghentikan pembabatan hutan tak terkendali
- pemerintah mengkampanyekan pola hidup sehat dan bersih, tidak membuang sampah sembarang di segala tempat
- pemerintah mewajibkan setiap pengembang properti untuk membuat area terbuka hijau, sekian persen dari total luas area yang dipakai. area hijau wajib ditanami pohon pelindung dengan ukuran pohon tertentu
- pemerintah menertibkan kawasan puncak dari vila-vila mewah milik orang kaya Jakarta, yang tidak mengikuti ijin dan peraturan harus dibongkar

Hal-hal sederhana dan mudah yang bisa dilakukan asal ada itikad baik, keberanian dan hati yang bersih (yang tidak tertarik dengan uang suap dari pengusaha properti).  Jadi saya kira belum perlu kita berpikir tentang deep tunnel yang membutuhkan puluhan Trilyun rupiah itu.