Sunday, July 01, 2012

Belajar dari Malaysia

Setiap kali saya pulang dari bepergian ke luar negeri, begitu mendarat kembali di Cengkareng, selalu terasa miris hati saya. Betapa jauh tertinggal Indonesia dibandingkan dengan negara lain.  Tidak perlu kita bicara negara Eropa atau Amerika, bahkan dibandingkan dengan Malaysia atau Thailand saja, kita seolah-olah sudah tertinggal 10 atau 15 tahun.

Baru saja saya berkunjung ke seorang teman yang tinggal dan bekerja di Kuala Lumpur.  Tidak lama, hanya 4 malam saja. Empat hari di Kuala Lumpur saya mencatat banyak hal, tentu tidak lengkap dan belum tentu akurat, karena waktu pengamatan yang sangat singkat dan tempat yang saya kunjungi juga tentu saja hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan Malaysia.

Tapi bagi saya, sudah banyak sekali catatan yang bisa dibuat dan tentu bisa menjadi pelajaran bagi kita di Indonesia (kalau mau), bagaimana Malaysia membangun negaranya.  Berikut ini beberapa catatan kesan-kesan berdasarkan apa yang saya lihat, saya dengar dan saya baca:
  • Malaysia mempunyai perencanaan pembangunan yang sangat bagus, setidak-tidaknya jika dilihat dari infrastruktur transportasi publik di Kuala Lumpur. Meskipun populasi penduduk Kuala Lumpur mungkin tidak sampai separuh Jakarta, tapi Malaysia sudah membangun infrastruktur transportasi yang sangat baik, yang saya kira akan bisa memenuhi kebutuhan sampai beberapa belas tahun ke depan.  Kombinasi antara LRT, monorail, kereta listrik dan jalan raya yang lebar sungguh membuktikan hal itu. Bandingkan dengan Jakarta, Indonesia, tingkat kemacetan sudah mencapai batas yang tidak wajar.  Bisakah Anda bayangkan seperti apa kemacetan di Jakarta lima atau sepuluh tahun lagi ?  Pemerintah hanya berusaha menambah panjang jalan, padahal hal tersebut tidak akan pernah bisa mengimbangi laju pertambahan jumlah kendaraan pribadi. Seharusnya pemerintah mulai berpikir tentang transportasi massal seperti KRL misalnya.   

  • Malaysia mempunyai kebanggan yang tinggi atas produk dalam negerinya. Ini terlihat dari banyaknya mobil Proton di jalan-jalan. Sejauh saya lihat taksi semuanya menggunakan Proton.  Bandingkan dengan Indonesia, setelah sekian puluh tahun merdeka, sampai saat ini kita belum punya mobil nasional.  Pak Harto dulu hanya sanggup menempelkan logo Timor di mobil Kia buatan Korea, sudah disebutnya mobil nasional.  Setelah berganti pemimpin berkali-kali, tidak satupun presiden kita yang mampu memimpin negeri ini untuk melahirkan sebuah mobil nasional (gambar memperlihatkan iklan mobil Proton di salah satu stasiun LRT di Kuala Lumpur). 

  • Toleransi beragama di Malaysia sangat bagus, setidaknya itu cerita yang saya dengar dari teman yang menetap di Kuala Lumpur. Tidak pernah ada ribut-ribut soal pembangungan gereja misalnya. Pernah ada peristiwa seorang Ustadz berkotbah dan membuat pernyataan yang menjelekkan agama tertentu. Tahukah Anda apa yang terjadi ?  Perdana Menteri Malaysia turun tangan menegur langsung Ustad tersebut.  Pada bulan Ramadhan, warung-warung tidak takut untuk tetap buka dan tidak perlu memasang tirai rapat-rapat menutupi warungnya.  Saya kira saya tidak perlu cerita bagaimana kerukunan beragama di Indonesia, tentu Anda sudah tahu.  Di lain pihak pemerintah Malaysia juga memberi perlindungan kepada warga Muslim, warga Muslin dilarang berkunjung ke Genting Highland, tempat dimana ada judi dan lain-lain hiburan yang diharamkan.  Saya anggap itu kebijakan yang cerdas, Malaysia tetap bisa mendapat banyak devisa dari turis yang berkunjung ke Genting tapi pada saat yang sama memberi perlindungan ke warga muslim supaya tidak terjebak di sana.

  • Toleransi di Malaysia tidak hanya dalam soal agama tapi juga dalam hubungan antara suku dan ras.  Fakta menunjukkan bahwa di Malaysia terbuka peluang yang sama besar bagi seluruh warga negara apapun keturunannya untuk menempati posisi penting di pemerintahan, menteri, direktur perusahaan pemerintah, bahkan sebagai perwira tinggi di militer dan kepolisian.  Harus diakui kita jauh tertinggal dalam hal ini. Bahkan di harian The Sun edisi 13 Juni 2012 ada artikel berjudul Non Malay Prime Minister, orang sudah mulai bicara tentang warga non Melayu dan non Muslim menjadi Perdana Menteri Malaysia.

  • Polisi Malaysia lebih bisa dipercaya dibandingkan dengan polisi Indonesia.  Anda bisa lihat atau alami sendiri jika mengemudi mobil di jalan-jalan di Jakarta.  Jika Anda dihentikan polisi karena melanggar aturan lalu lintas, saya berani bertaruh polisi akan menawarkan penyelesaian di tempat, uang masuk kantong dan Anda bebas.   Saya sendiri selama beberapa belas tahun mengemudi di Jakarta pernah beberapa kali dihentikan polisi dan tidak pernah satu kalipun menyelesaikan kasus dengan bayar denda di pengadilan.  Teman saya selama hampir setahun tinggal di Kuala Lumpur sudah 4 kali dihentikan polisi dan semuanya diselesaikan lewat jalur resmi membayar denda yang cukup besar 150 RM (Ringgit Malaysia) atau sekitar Rp 450.000.-   Saya yakin jika Polisi Indonesia bisa punya integritas, bersih dan jujur seperti Polisi Malaysia, negara kita akan jauh lebih aman.
bersambung........