Thursday, August 25, 2011

Cintai tanahmu, cintai hutanmu dan harimaunya

Saya termasuk salah satu dari tidak banyak orang yg boleh bersyukur bisa menikmati saluran TV Kabel di rumah. Beberapa hari lalu nonton di NatGeo Wild, acaranya berjudul Deep Jungle, New Frontiers.

Cerita berkisar sejumlah orang yg menggunakan berbagai metode baru (termasuk dan terutama teknologi baru yang canggih) untuk melakukan eksplorasi, menyelidiki, tenggelam masuk ke dalam hutan dan mencoba menguak rahasia yg tersembunyi di dalamnya.

Bukan hanya soal teknologinya yang menarik, tapi bahwa ternyata hutan-hutan di Sumatra dan Kalimantan yg menjadi salah satu area yg dikunjungi dan diselidiki.

Jeremy Holden bersama dengan seorang temannya dengan sejumlah digital kamera, sensor gerak dan sebagainya mencoba menangkap gambar harimau Sumatra. Lokasi tepatnya di Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatra. Setelah perjuangan panjang dengan tekun dan sabar, selama berhari-hari, akhirnya mereka berhasil mendapatkan rekaman gambar harimau tersebut.

Film ini memperlihatkan - sekali lagi - betapa kayanya tanah Indonesia, dengan hutan hujan yg lebat penuh dengan aneka ragam tumbuhan dan hewan liar. Sepatutnya kita syukuri, rawat dan pelihara dengan baik. Jangan sampai anak cucu kita kelak hanya bisa melihat hutan dan harimau lewat buku-buku dan film saja.

Saya sudah berhenti berharap pada pemerintah, sekarang saya mengajak Anda yg berkenan mengunjungi blog ini, mari cintai tanah kita, hutan dan harimau kita. Bisa mulai dari pekarangan rumah kita sendiri, tanami dengan tumbuhan hijau, jika memungkinkan buatlah lubang resapan biopori. Jika ada rezeki lebih, marilah kita sumbangkan sebagian ke LSM lingkungan hidup yang berjuang langsung untuk melestarikan alam kita.


Wednesday, August 24, 2011

Belajar anti-korupsi dari Hong Kong

Dalam hal kerukunan beragama, layak kita belajar dari Mesir. Dalam hal memberantas korupsi, kita bisa belajar (antara lain) dari Hong Kong, tentu dengan catatan pemerintah punya itikad baik untuk melakukan hal tersebut.

Wawancara dengan Tony Kwok Man-wai Ketua ICAC (Independent Commision Against Corruption), semacam badan antikorupsi di Hong Kong, dimuat dalam mingguan Tempo edisi 22-28 Agustus 2011.

Ada beberapa hal yg disampaikan oleh Tony Kwok ini, menarik kita simak:
  1. Tony Kwok setuju bahwa memberantas korupsi harus dimulai dengan komitmen dari atas (pemerintah/presiden, Kepala Kepolisian, Jaksa Agung dsb.)
  2. bahwa memberantas korupsi seharusnya tidak membutuhkan waktu lama (tidak sampai 10 tahun misalnya, kasus Hong Kong mereka hanya butuh 3 tahun)
  3. bahwa korupsi sekecil apapun tidak bisa ditolerir
  4. perlunya program perlindungan saksi bagi (antara lain) para whistleblower
  5. kultur antikorupsi harus ditanamkan sedini mungkin (kasus Hong Kong sejak Taman Kanak-Kanak), bandingkan dengan Indonesia yg sejak di SD sudah diajari nyontek dengan bocoran jawaban UAN.
  6. Lembaga Antikorupsi sebagai satu-satunya pihak yg berhak melakukan penyidikan kasus korupsi
Menyimak pernyataan Tony Kwok ini, Anda bisa lihat sendiri bagaimana sikap dan komitmen pemerintah Indonesia. Polisi yang seharusnya berada di barisan paling depan, seharusnya menjadi institusi pertama yg bersih atau dibersihkan. Kenyataannya kasus rekening gendut para Jenderal Polisi hingga saat ini tidak jelas tindak lanjutnya. Presiden SBY sendiri yg bahkan memberi kesan tidak mendukung KPK (membiarkan perseteruan KPK dengan Polri).

Walahualam, sebagai orang beriman, betapapun kondisi negara kita seperti ini, kita diajak untuk tetap optimis bhw ada masa depan yg baik buat Indonesia.


Friday, August 19, 2011

HOS Cokroaminoto


Pepatah lama berbunyi: Bangsa yg besar adalah Bangsa yg bisa menghargai Pahlawannya. Masalahnya bagaimana kita bisa menghargai para pahlawan, kalau kita tdk mengenal mereka, tidak tahu apa yg sudah mereka lakukan dan tidak sadar betapa besar jasa mereka.

Tidak banyak yang saya bisa ingat dari pelajaran sejarah waktu masih sekolah dulu. Tapi sekarang kita patut bersyukur bahwa majalah ternama seperti Tempo membuat reportase yang cukup lengkap tentang para tokoh bangsa kita.

Edisi Khusus Proklamasi Kemerdekaan 2011 membahas tentang HOS Cokroaminoto. Jujur saja saya tidak kenal tokoh ini. Tapi setelah saya baca reportase Tempo, terbanyak banyak hal yang bisa kita pelajari dari tokoh ini....... (bersambung)

Negara Ajaib (2)

Praduga bersalah yg saya paparkan pada posting terdahulu soal alasan kenapa harus menggunakan pesawat charter seharga Rp 4 Milyar untuk memulangkan Nazarudin bisa jadi benar.

Berita di Koran Tempo Kamis kemarin (18 Agustus 2011) terang-teranganya menyebutkan Nazarudin mengajukan kompromi ke SBY. Nazarudin berjanji untuk tidak melibatkan atau mengungkit keterlibatan para pembesar Partai Demokrat kalau aparat keamanan juga bersedia untuk tidak menangkap dan memproses hukum istrinya, Neneng.

Aneh bin ajaib bahwa seorang tersangka kasus korupsi berani mengutarakan kebusukan seperti itu secara terbuka. Pernyataannya disampaikan langsung oleh pengacaranya sendiri, OC Kaligis. Apa nggak hebat tuh.

Lepas dari benar atau tidaknya pernyataan Kaligis, secara resmi dan terbuka hampir pasti SBY akan menolak (atau memberi kesan menolak) tawaran Nazarudin.

Coba kita telaah lebih dalam, ada dua kemungkinan di sini, kemungkinan pertama pernyataan Kaligus itu benar, kemungkinan kedua pernyataan bohong.

Jika pernyataan bohong Nazarudin menghadapi risiko besar karena dia kemungkinan besar akan dituntut dengan tuduhan pencemaran nama baik, bukan hanya oleh petinggi Demokrat tapi bahkan oleh SBY sendiri.

Jika pernyataan benar, ada dua kemungkinan lagi, kemungkinan 1: Nazarudin dituntut telah mencemarkan nama baik oleh Partai Demokrat dan SBY, namun saya kira peluang ini kecil karena baik Demokrat maupun SBY akan sulit juga membuktikan bahwa mereka tidak terlibat. Kemungkinan kedua Nazarudin tidak dituntut oleh baik Demokrat maupun SBY, karena kekhawatiran Demokrat dan SBY upaya memperkarakan justru menjadi bumerang membuka borok-borok pada diri mereka.

Analisa sederhana menyimpulkan bahwa peluang kemungkinan pernyataan Nazarudin itu benar (bukan bohong) lebih besar karena jika Nazarudin berbohong risikonya sangat besar dan tidak ada keuntungan yang didapatnya.

Pertanyaan sesungguhnya adalah kenapa Kaligis dengan sengaja membeberkan kebusukan itu ke hadapan publik. Saya kira Kaligis bukan pengacara amatir, dia bukan orang bodoh. Saya yakin Kaligis sudah melakukan perhitungan matang, untung rugi dia membuat pernyataan seperti itu secara terbuka.

Kesimpulan apa yang bisa diambil dari kasus ini ?, sekali lagi membuktikan bahwa negeri ini adalah Negara Ajaib, bahkan seorang tersangka kasus korupsi dengan beraninya mengajukan tawaran kompromi langsung kepada Kepala Negara.

Harapan kita kepada SBY adalah secara tegas memproses hukum Nazarudin, tidak peduli proses tersebut akan mengorbankan para pemimpin Partai Demokrat. Jika SBY tidak tegas, jangan-jangan tuduhan Nazarudin memang benar, jangan-jangan memang ini Negeri Ajaib.



Tuesday, August 16, 2011

Negara Ajaib

Sebetulnya saya senang menulis, itu sebabnya saya membuat blog ini. Dan karena syukur saya sebagai orang Indonesia, topik tentang Indonesia yg saya pilih menjadi thema. Masalahnya berita di negara ini hampir semuanya bukan berita yg menyenangkan membanggakan. Tapi
sebaliknya lebih banyak yg membuat hati miris, prihatin, sedih campur marah dan geram.

Itu sebabnya saya juga jadi malas menulis, sebab apa yg saya tulis nantinya hanya akan berkisar soal kritik, kecaman, keprihatinan dst dst tentang Indonesia.

Coba kita ingat-ingat berita apa saja yg muncul di Kompas minggu-minggu atau bulan-bulan terakhir ini, lebih banyak berita yg menyedihkan daripada yg menyenangkan. Salah satunya yang paling membuat hati saya miris adalah berita matinya seekor harimau Sumatra, beberapa hari kemudian ada lagi berita di Kompas, bhw 20 ekor harimau Sumatra mati setiap tahunnya. Tapi sudahlah untuk apa kita bicara tentang harimau, sedangkan manusianya saja tidak dihargai di negeri ini.

Judul posting ini saya cuplik dari komentar Onno W. Purbo di tweeternya, bahwa negara ini ajaib, karena orang bisa ditangkap polisi dan masuk penjara hanya karena tdk menyediakan buku manual berbahasa Indonesia untuk gadget yang dijualnya lewat kaskus. Sementara para koruptor kakap dibiarkan lalu lalang di depan hidung.

Kasus Nasarudin, (Bendahara Umum Partai Golkar yg terlibat kasus korupsi Wisma Atlet Palembang), semakin mengukuhkan premis Onno Purbo bahwa ini negara ajaib.

Ajaib betul, bahwa orang seperti Nasarudin yg sdh begitu jelas dan nyata melakukan tindak korupsi, bahkan terang-terangan melarikan diri ke negara lain, masih diakui eksistensinya oleh Partai Demokrat pimpinan SBY. Statusnya sebagai anggota DPR belum dicabut berarti ybs masih berhak mendapatkan gaji anggota DPR yg berpuluh juta itu.........

Sewaktu Nasarudin ditangkap polisi Colombia, ajaib bin aneh bahwa pernyataan SBY yang muncul adalah :”...jaga keselamatan Nasarudin...”. Saya bertanya-tanya tidak habis pikir, kenapa hal itu yang menjadi pokok pemikiran SBY, jika keselamatan Nasarudin dikhawatirkan, tentu ada yang mengancamnya, lalu siapa yang mengancam..... Jika kita cermati pernyataan-pernyataan Nasarudin yang hampir semuanya memojokkan para petinggi Partai Demokrat yang dipimpin SBY, apakah logis jika kita simpulkan ancaman ke Nasarudin berasal dari jajaran Partai Demokrat ??......


Bagi saya jauh lebih masuk akal jika SBY buat pernyataan seperti ini: ”....jaga ketat Nasarudin, jangan sampai melarikan diri, sita semua hasil korupsinya, periksa seluruh aliran dana korupsi yang disalurkan Nasarudin, tidak peduli ditujukan ke mana, bahkan ke Partai Demokrat sekalipun......”


Ajaib bin tidak masuk akal berikutnya adalah upaya pemulangan Nasarudin ke Indonesia. Dengan alasan keamanan, pemerintah menggunakan pesawat charter untuk membawa Nasarudin ke Indonesia. Biaya yg dihabiskan tidak kurang dari Rp 4 Milyar. Pertanyaan saya pertama keamanan seperti apa yg dimaksud pemerintah. Kedua apakah dengan pesawat charter menjadi lebih aman (di aspek apa lebih aman). Ketiga apakah sebanding keamanan yg ingin dipastikan tadi dengan biaya yg harus dikeluarkan ?


Coba kita berandai-andai apakah Nasarudin seorang veteran pasukan komando yg mampu melumpuhkan penjaganya, atau mampu merakit bom untuk diledakkan di pesawat ? Apakah dia berencana membajak pesawat yg akan membawanya ke Indonesia ? Dengan cara apa dia bisa membajak pesawat, hal tersebut tidak mungkin dilakukan sendiri toh ? Lho, apakah petugas polisi penjemput ada kemungkinan membelot (karena disuap) dan berbalik berupaya membebaskan Nasarudin ?


Saya tidak menemukan relevansi alasan keamanan Nasarudin dengan penggunaan pesawat charteran seharga Rp 4 Milyar tersebut. Coba kita lakukan pengandaian yang lain......

Dengan pesawat charteran, suasana lebih nyaman, lebih relax, privat, tidak ada penumpang umum yang lain dan tidak dikenal. Pesawat charteran bisa berangkat sembarang waktu, bisa transit dimanapun (yang penting biaya OK). Suasana nyaman dan privat, orang menjadi lebih bebas berbicara, diskusi, tukar pikiran. Peluang untuk membuat deal dan kesepakatan juga terbuka lebar....... tergantung apa yang mau diperjual-belikan, apakah harga disepakati.....


Itu hanya pengandaian saja, di Negara Ajaib konon apapun bisa terjadi dan itu sudah terbukti.......