Wednesday, December 08, 2010

Saya Muak

Aku muak melihat wajahmu
Aku muak mendengar pidatomu
Aku tak tertarik membaca buku-bukumu dan mendengarkan musikmu

Aku heran ketika kau permasalahkan monarki
pada saat banyak hal lain perlu dapat prioritas, korupsi yang terjadi di depan hidungmu

Aku muak baca berita, warung kecil hendak kau kenai pajak
pada saat kau biarkan aparat pajakmu merajalela

Hendak kau kemanakan kami, jika sikapmu seperti itu
mudah-mudahan mereka sadar telah salah memilihmu

Aku muak lihat sikap marahmu pada kami
sementara negara tetangga menginjak kepalamu, kau diam saja

Aku muak mendengar keluhanmu dan tetesan air matamu
air mata kami sudah kering

Yang aku punya sekarang tinggal satu puisi kosong dengan sumpah serapah

Wednesday, December 01, 2010

Ngobama ?

Masih segar dalam ingatan, ketika Obama datang ke Indonesia belum lama ini. Konon sambutan publik sangat positif, memang Obama pandai menempatkan dirinya sesuai konteks.

Alkisah syahdan Obama berkunjung ke kampus Universitas Indonesia di Depok dan memberikan orasi di depan ratusan mahasiswa dan sivitas akademika UI. Lalu terjadilah dialog imajiner karangan Budiarto Shambazi wartawan Kompas, ketika pada saat dialog, para hadirin mengajukan banyak pertanyaan ke Obama.

Saya cuplik curhat khayalan Shambazi di bawah ini:
Curhat pertama begini. ”Bapak dua kali membatalkan lawatan ke sini karena bencana kebocoran minyak Teluk Meksiko dan memperjuangkan RUU jaminan kesehatan. Kenapa para pemimpin/politisi kami malah ke luar negeri saat ada bencana di Wasior, Mentawai, dan Merapi?”

Curhat nomor dua lain lagi. ”Bapak warga minoritas, tapi bisa jadi presiden. Kok bisa? Sukar dibayangkan itu terjadi di sini karena hampir semua etnis dan agama minoritas dimusuhi atau diserbu. Pemerintah berpangku tangan saja!”

Sekarang curhat nomor tiga. ”Pak, apa benar mau membantu pemberantasan korupsi? Kalau benar, tolong cepat-cepat kirim agen-agen FBI menyidik korupsi Century. Kalau bisa, kerja sama kemitraan strategis mencakup pula bantuan ahli-ahli AS mengurai banjir dan macet Jakarta!”


Sehubungan ini hanya khayalan di dunia maya, saya ingin menambah curhatnya dengan uneg-uneg sebagai berikut:
Uneg-uneg 4: "Bagaimana sih pak Obama kiat bapak bisa bersikap tegas dalam mengambil keputusan, termasuk keputusan yg tidak populer di masyarakat, pada saat penduduk New York menolak rencana pembangungan Mesjid di Ground Zero, bapak dengan tegas menyatakan dukungan atas rencana tersebut. Di negara kami hal tersebut mustahil terjadi, pemimpin kami ragu-ragu bersikap dalam menyelesaikan berbagai kasus kekerasan atas nama agama di negeri kami"

Uneg-uneg 5: "Bagaimana sih kiat bapak bisa bersikap tegas pada staf bapak, contohnya pada saat panglima Anda di Afganistan bersikap tidak loyal bahkan mempertanyakan kebijakan Anda (Jendral Stanley Mc Chrystal), langsung Anda panggil dan tak lama kemudian Anda ganti. Pemimpin kami tidak pernah bersikap tegas seperti itu, bukannya membenahi malah mengeluhkan kinerja stafnya ke publik"

Uneg-uneg 6: "Ini pertanyaan pak, bagaimana pendapat bapak dengan pemimpin yg suka menangis di depan publik, perasaannya begitu halus dan mudah tersentuh, hingga menangis dan menitikkan air mata. Masalahnya menangis tinggal menangis, tidak ada solusi bagi rakyat. Apa saran bapak kepada kami bagaimana bersikap terhadap pemimpin seperti itu ?"

He he he sebetulnya masih banyak uneg-uneg kami yang lain, tapi karena keterbatasan tempat mungkin kami cukupkan sampai sekian dulu saja, jangan-jangan nanti pembaca malah menjadi muak.