Tuesday, December 13, 2011

Ironi Negeri Maling

Judul posting ini mungkin terdengar sinis, tapi kalau kita mau jujur, mungkin kita akan setuju dengan pendapat tersebut.

Coba sama-sama kita lihat dan amati:
  1. Di banyak supermarket misalnya Giant atau Gelael, jika kita perhatikan di rak: beberapa jenis vitamin atau obat tertentu (misalnya Calcium Redoxon) hanya disediakan kardus kosong. Jika kita ingin membeli obat tersebut, bisa mengambil isinya langsung di kasir.  Ini indikasi bahwa banyak pengutil di supermarket yang sering mengambil obat jenis tersebut.
  2. Di jalan tol Cipularang, beberapa bagian jalan diberi penerangan menggunakan tenaga matahari. Disediakan juga baterai untuk menyimpan listrik agar energi tetap bisa disimpan untuk keperluan pada malam hari.  Yang lucu, tiang beton di mana perangkat itu dipasang diberi lilitan kawat berduri dan besi pelindung.  Ini indikasi bahwa perangkat solar cell dan baterai itu rawan pencurian.
  3. Indonesia mungkin satu-satunya negara di dunia, dimana orang menggergaji dan merubuhkan menara listrik yg digunakan untuk transmisi tegangan tinggi.
  4. Bisa jadi juga negara satu-satunya di dunia, dimana orang mengambil baut-baut raksasa yang digunakan untuk mengikat besi pada jembatan (misalnya jembatan Suramadu).
  5. Jika Anda biasa berkendara di Jakarta, sudah tidak asing bagi kita melihat pengendara mobil atau motor  masih berjalan terus meskipun lampu lalu lintas merah sudah menyala.  Ini indikasi bahwa banyak pengendara mengambil hak orang lain untuk menggunakan jalan (alias mencuri).
  6. Tak terbilang sudah tingginya korupsi di negeri ini, mulai dari pejabat pemerintah daerah, anggota DPR, gubernur, tentara, polisi sampai jaksa dan hakim.  Sekali lagi indikasi pencurian yang ini malah dalam skala massal karena biasanya jarang orang korupsi hanya beberapa belas atau puluh juta saja. Biasanya nilainya sampai ratusan juta atau malah puluhan Miliar. Dan ini sudah dikukuhkan dengan predikat Indonesia sebagai negara paling korup di dunia.
  7. Coba Anda bandingkan berapa biaya naik haji di Indonesia dengan di Malaysia atau Singapura misalnya.  Mana yang lebih besar dan seberapa besar selisihnya ?  Kenapa bisa terjadi seperti itu ?  Jangan-jangan biaya naik Haji "diberi pajak" oleh Departemen Agama. Menurut saya sih, ini sama saja dengan mencuri ? karena menaikkan biaya untuk kepentingan diri sendiri, apalagi penggunaan dana yg didapat, dilakukan tidak transparan
  8. Kebetulan sekali beberapa hari lalu di Matraman saya melihat ada sebuah pikup membawa galon-galon air Aqua dan tabung gas 3 kg.  Uniknya bagian bak dari pikup tersebut ditutup rapat dengan kerangkeng atau teralis besi, diberi kunci gembok.  Baru kali ini saya melihat yg serupa itu, biasanya jika diberi besi sekalipun, hanya untuk penguat pagar saja, kalau ini sungguh-sungguh untuk melindungi galon Aqua dari pencurian.
Seingat saya masih banyak lagi bukti-bukti bahwa kita tinggal di negeri para maling, hanya saja saat mau menuliskan saya lupa. Jika pembaca ada masukan, silakan disampaikan, nanti akan saya tambahkan ke daftar di atas.

Tuesday, November 29, 2011

Kenapa harus pakai BlackBerry ?

Kenapa harus pakai BlackBerry ? Pertanyaan sederhana, tapi saya kira pas diajukan ke orang Indonesia yg dikenal konsumtif.  Apakah memang kita membutuhkan BlackBerry, atau sekedar ingin gaya, gak mau ketinggalan jaman, atau sekedar ikut-ikutan ?  Sebandingkah biaya yg harus kita keluarkan dengan gaya yg kita ikuti ?  Tidakkah ada kepentingan lain yg lebih mendesak dan perlu dipenuhi ?

Gambar di atas (diambil dari Harian Kompas) memperlihatkan suasana ketika ribuan orang saling berdesak-desakan berebut 1.000 pesawat Blackberry yg dijual di Pacific Place Jakarta, dengan harga diskon 50%.  Ribuan orang berdesakan, banyak yg pingsan, ada yg terinjak-injak, ada yg patah tulang.....

Saya tidak ingin mencap negatif orang-orang yg berdesak-desakan tersebut.   Tapi saya prihatin, begitu bodohkan bangsa kita ini, sehingga hanya demi gaya dan gengsi kita rela berdesak-desakan, mengorbankan atau mempertaruhkan keselamatan.

Saya tidak anti BlackBerry, saya pun pengguna BB, tapi yg saya gunakan adalah fasilitas kantor, karena untuk kemudahan komunikasi, managemen memutuskan BB sebagai media yg cukup efektif. Tapi hanya sebatas itu saja. Seandainya saya dipecat atau pensiun dini, BB akan saya kembalikan dan saya tidak ada tertarik untuk membeli dengan uang dari kantong sendiri.  Betapapun selama satu atau dua tahun saya sdh menikmati berbagai fitur yg tersedia di BB.

Bagi saya, menggunakan produk lokal seperti Flexi sudah cukup. Jika memang dibutuhkan komunikasi dalam kelompok tertutup, ada fasilitas Fleximilis, tentu tampilan dan kenyamanan berbeda jauh dibanding BlackBerry, tapi bagi saya itu sdh cukup.  Apalagi sekarang sdh ada pesawat CDMA berbasis Android dengan harga lumayan murah Rp 1,5 Juta saja.

Jika saya punya uang lebih, tidak ada sedikitpun saya tertarik untuk belanjakan pesawat BlackBerry, lebih tertarik saya gunakan untuk membeli buku-buku yg bisa memperluas pengetahuan dan memperkaya wawasan saya.

Friday, November 18, 2011

Logika berpikir SBY

Sebagai warga negara Indonesia, boleh dong kita berharap mempunyai pemimpin yang cerdas, berani, jujur, punya visi jauh ke depan, sederhana, bersih dst dst. Dan juga tentu pemimpin yg punya alur berpikir yg runtut dan jelas, sistematis dan masuk akal.

Apa mau dikata, mungkin harapan saya terlalu tinggi. Headline Harian Kompas, Kamis, 20 Oktober 2011, judulnya pernyataan: SBY: Uang Negara Dirampok.














Logiskah pernyataan SBY itu ?

Jujur saja, tidak perlu menjadi orang cerdas untuk bisa memahami bhw itu pernyataan yang tdk masuk akal. Sebagai presiden, tentu SBY punya otoritas penuh untuk menugaskan Kapolri, Ketua KPK, Jaksa Agung, bahkan bila perlu Angkatan Bersenjata untuk menangkap pelaku perampok uang negara dan menyeretnya ke pengadilan. Tapi bukan itu yg dilakukan presiden, melainkan membuat pernyataan di depan publik: uang negara dirampok !

Timun bertanya (Kompas Minggu, 23 Oktober 2011) : "Kenapa sih pak ? Bapak kenal rampoknya, Bapak rikuh, sungkan ? atau Bapak takut ?"

Saturday, October 08, 2011

SBY vs Obama

Boleh gak atau fair gak kalau kita membandingkan SBY dengan Obama ?
Kenapa tidak ? Keduanya kan sama-sama presiden, cuma bedanya yg satu negara adidaya yg satu lagi dari negara terbelakang.

Silakan Anda perhatikan dua cuplikan berita dari Harian Kompas yg sy tampilkan di sini. Anda bisa simpulkan sendiri, mana dari kedua presiden ini yg lebih berpihak pada kaum miskin dan berkekurangan, mana yg lebih peduli pada rakyatnya.

Catatan: pernyataan Sri Mulyani disampaikan pada saat ybs masih menjabat Menteri Keuangan dibawah Presiden SBY.

Silakan cermati dan buat penilaian Anda. Obama dengan berani mengambil risiko mengusulkan kebijakan tidak populer hendak mengenakan pajak lebih tinggi pada orang kaya, sekaligus membuktikan bahwa dirinya bersih dan tidak berkolusi dengan warga kaya Amerika. Bandingkan dengan pemerintahan SBY yg bukan saja tidak tegas dan tidak melakukan tindakan apapun untuk memberantas mafia pajak dengan korupsinya yg tak terhitung, tapi masih pula berdalih sulitnya menarik pajak dari orang kaya.








Wednesday, September 14, 2011

Sukacita kelahiran bayi Harimau Sumatra




(gambar dari Harian Kompas, 13 September 2011)

Bagi saya, peristiwa kelahiran selalu merupakan momen yg membahagiakan, sekalipun bukan sanak saudara kita, bahkan "hanya" seekor harimau.

Di tengah berbagai berita yg menyedihkan terkait harimau Sumatra, yg konon sudah hampir punah. Berita kelahiran tiga ekor bayi Harimau Sumatra di Kebon Binatang Medan sungguh membawa kegembiraan bagi saya.

Peristiwa kelahiran membawa semangat baru, bahwa meskipun kita tidak bisa berharap banyak pada pemerintah, tapi masih ada orang-orang yg peduli di luar sana. Semangat baru dan harapan baru, semoga terketuk pintu hati kita untuk mensyukuri anugerah Allah yg begitu indah dan berharga.

Semoga anak cucu kita kelak, masih bisa melihat dan mendengar auman harimau ini, bukan hanya dari cerita dan film.

Thursday, September 08, 2011

Logika berpikir Gumilar




















(foto dari Harian Koran Tempo, edisi 4 September 2011)

Apa jadinya kalau seorang Rektor dari Universitas terkemuka di negeri ini bersama dengan seorang Dirjen Pendidikan Tinggi tidak punya logika berpikir yg runtut dan jelas, tidak bisa menangkap apa yg menjadi aspirasi publik, tidak bisa memahami apa yg dimaksud pihak lain dan kemudian menyampaikan argumentasi yg tdk masuk akal ?

Itulah yg terjadi dengan Gumilar Rusliwa Somantri bersama dengan Djoko Santoso.

Masih terkait kasus pemberian gelar Doctor Honoris Causa ke Raja Arab Saudi. Berita di Harian Koran Tempo tanggal 4 September 2011 melaporkan bahwa pemerintah telah melakukan pengecekan atas pemberian gelar Doctor HC ke Arab Saudi dan menyimpulkan bahwa gelar tersebut tidak mungkin dicabut kembali karena sudah sesuai dengan prosedur yg benar.

Beberapa hal yg perlu dicermati:
1. Bahwa yg menjadi keberatan banyak pihak adalah pemberian gelar ini telah mengingkari rasa keadilan dan kemanusiaan masyarakat, karena begitu buruknya perlakuan yg diterima oleh tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi. Pemerintah Arab Saudi bahkan secara resmi telah menolak tuntutan pemerintah Indonesia agar memberi perlindungan hukum yang pantas kepada para tenaga kerja dari Indonesia.
2. Bahwa tidak pernah sekalipun ada tuntutan kepada Rektor Universitas Indonesia untuk mencabut kembali gelar Doctor HC yg telah diberikan kepada Raja Arab Saudi tersebut. Tidak perlu pintar untuk memahami bahwa hal tersebut mustahil, tentu akan berdampak sangat buruk pada hubungan antar kedua negara.
3. Bahwa yg dituntut dari Rektor Universitas Indonesia adalah permintaan maaf, bahwa tindakannya memberikan gelar tersebut telah menyakitkan hati ribuan tenaga kerja Indonesia yg diperlakukan semena-mena di Arab Saudi (dan dibiarkan saja oleh Pemerintah Indonesia).

Berikut ini logika bengkok dari Gumilar dan Djoko:
1. Klaim Djoko bahwa pemberian gelar ini sdh sesuai dengan prosedur yg berlaku perlu dicek kebenarannya. Coba bandingkan dengan pendapat Prof. Emil Salim (Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia) pada artikelnya di Harian Kompas.
2. Seandainya prosedur pemberian itu salah, adalah tidak mungkin mencabut kembali gelar tersebut dari Raja Arab Saudi (yg sudah diantarkan langsung ke Arab Saudi). Apakah pemerintah Indonesia akan melakukan hal tersebut ?
3. Seandainyapun prosedur sdh dianggap benar, maka prosedur itu harus direvisi karena menghasilkan keputusan yg tdk tepat dalam arti mengingkari rasa keadilan dan kemanusiaan masyarakat.
4. Klaim Gumilar bahwa penetapan pemberian gelar sdh diputuskan sebelum dijatuhkannya hukuman mati kepada Ruyati merupakan pernyataan menggelikan. Kasus penindasan hak asasi manusia atas tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi bukan hanya terkait Ruyati saja, masih ada ratusan atau ribuan kasus lainnya. Sehingga ini menjadi argumen yg tidak masuk akal.
5. Seandainya benar klaim Gumilar bhw penetapan sudah dilakukan sebelum hukuman mati kepada Ruyati, maka pertanyaannya kenapa keputusan itu tidak dibatalkan ? perlu dicatat bahwa keputusan hukuman mati Ruyati adalah Mei 2011 dan dieksekusi Juni 2011. Sedangkan penyerahan gelar dilakukan menjelang hari raya Idul Fitri 1432H.

Sampai dengan detik ini saya masih belum bisa memahami logika berpikir Gumilar. Seorang teman bertanya kepada saya melalui pesan singkat sms, apa sih sebetulnya keuntungan atau tujuan Universitas Indonesia memberikan gelar tersebut kepada Raja Arab Saudi ? Satu pertanyaan yg hanya bisa dijawab sendiri oleh Gumilar.

Monday, September 05, 2011

Katakan "TIDAK" pada Gumilar Rusliwa Somantri

Sebetulnya saya tidak ingin menjadikan blog ini menjadi sesuatu yg personal sifatnya. Apalagi melakukan kritik langsung pada orang perorang tertentu.  Tapi harus diakui sejak lama saya menyampaikan banyak kritik langsung kepada pemerintah (baca: presiden).  Karena bagi saya presiden seharusnya menjadi leader yg sesungguhnya. Yang terdepan dan yang pertama mempunyai visi tentang Indonesia yg bersih, jujur, adil dan makmur dan tentu saja berdaulat.

Dalam posting ini saya menyampaikan kritik langsung pada Gumilar Rusliwa Somantri dalam posisinya sebagai Rektor Universitas Indonesia.  Kenapa hal ini begitu penting ?

Karena saya masih berkeyakinan bhw institusi pendidikan tinggi haruslah tetap mempunyai idealisme yg tinggi dalam menjunjung nilai-nilai akademis, kejujuran, demokrasi, kemanusiaan, keadilan.  Jika institusi sekelas Universitas Indonesia saja tidak bisa menjunjung nilai-nilai tersebut, apalagi yang bisa diharapkan dari bangsa ini.  (Kita sudah lama paham bahwa pemerintah termasuk aparat hukum dan keamanan sdh tdk bisa diharapkan lagi, hanya institusi pendidikan yg masih bisa diharapkan).

Terkait dengan pemberian gelar Doctor Honoris Causa untuk Raja Arab Saudi: Abdullah bin Abdul Aziz.  Alasan yg diberikan oleh Gumilar tidak bisa diterima karena tidak masuk akal. Terlebih jika kita kaitkan dengan perlakuan Arab Saudi terhadap puluhan atau ratusan ribu TKI dan TKW Indonesia yg bekerja di Arab Saudi.

Dari berbagai sumber ternyata terkuak bhw kasus pemberian gelar Dr HC kepada Raja Arab Saudi ini hanyalah salah satu saja dari begitu banyak kasus di Universitas Indonesia dibawah kepemimpinan Gumilar, di antaranya seperti diungkap oleh Faisal Basri (Dosen FEUI) adalah pembukaan gerai Starbucks Coffee di Perpustakaan Pusat UI, lalu sikap diam UI menghadapi kasus plagiat yg diduga dilakukan oleh Siti Fadilah.

Mohon maaf lahir batin, Selamat Idul Fitri 1432H







Mohon maaf lahir batin, Selamat Idul Fitri 1432H (karikatur oleh GM Sudarta diambil dari Harian Kompas, 3 September 2011).

Dalam konteks Indonesia, Idul Fitri kali ini (sama dengan tahun-tahun yg telah lewat) masih diwarnai dengan hal-hal yg memprihatinkan. Angka pemudik yg terus meningkat (termasuk angka kecelakaan dan korban tewas), jumlah penduduk arus balik yg lebih besar lagi (ditambah dengan para pemuda pemudi yg baru masuk usia kerja). Antrian kendaraan hingga puluhan kilometer, kemacetan, ribuan penumpang yg terlantar di pelabuhan penyeberangan.

Jika kita menonton TV, hati akan miris rasanya melihat saudara-saudara kita harus menderita begitu besar untuk bertemu dengan sanak saudara di kampung, merayakan Hari Kemenangan setelah berpuasa satu bulan penuh.

Di lain pihak kita juga membaca berita di koran, remisi yg diberikan kepada para narapidana termasuk koruptor kelas kakap. Sekali lagi hati terasa miris melihat kenyataan ini, para koruptor yang sudah dengan semena-mena mengambil milik rakyat untuk kepentingan sendiri, dengan enaknya menikmati remisi seolah apa yg mereka lakukan hanyalah satu kesalahan kecil.

Seperti apapun pedih dan sakit hati kita melihat kenyataan-kenyataan di atas, dalam Idul Fitri kita diajak untuk tetap mengendalikan diri, bukan pada tempatnya kita dikuasai oleh emosi dan amarah. Tidak layak kita mengeluarkan kata-kata kasar dan sumpah serapah.

Semoga Idul Fitri membawa kedamaian dalam hati kita, perjuangan tetap dilanjutkan tapi dengan kepala dingin dan hati yg sejuk. Bukan dengan semangat menghakimi atau balas dendam, tapi mencari kebaikan untuk semua sesama.

Selamat Idul Fitri 1432H.

Thursday, August 25, 2011

Cintai tanahmu, cintai hutanmu dan harimaunya

Saya termasuk salah satu dari tidak banyak orang yg boleh bersyukur bisa menikmati saluran TV Kabel di rumah. Beberapa hari lalu nonton di NatGeo Wild, acaranya berjudul Deep Jungle, New Frontiers.

Cerita berkisar sejumlah orang yg menggunakan berbagai metode baru (termasuk dan terutama teknologi baru yang canggih) untuk melakukan eksplorasi, menyelidiki, tenggelam masuk ke dalam hutan dan mencoba menguak rahasia yg tersembunyi di dalamnya.

Bukan hanya soal teknologinya yang menarik, tapi bahwa ternyata hutan-hutan di Sumatra dan Kalimantan yg menjadi salah satu area yg dikunjungi dan diselidiki.

Jeremy Holden bersama dengan seorang temannya dengan sejumlah digital kamera, sensor gerak dan sebagainya mencoba menangkap gambar harimau Sumatra. Lokasi tepatnya di Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatra. Setelah perjuangan panjang dengan tekun dan sabar, selama berhari-hari, akhirnya mereka berhasil mendapatkan rekaman gambar harimau tersebut.

Film ini memperlihatkan - sekali lagi - betapa kayanya tanah Indonesia, dengan hutan hujan yg lebat penuh dengan aneka ragam tumbuhan dan hewan liar. Sepatutnya kita syukuri, rawat dan pelihara dengan baik. Jangan sampai anak cucu kita kelak hanya bisa melihat hutan dan harimau lewat buku-buku dan film saja.

Saya sudah berhenti berharap pada pemerintah, sekarang saya mengajak Anda yg berkenan mengunjungi blog ini, mari cintai tanah kita, hutan dan harimau kita. Bisa mulai dari pekarangan rumah kita sendiri, tanami dengan tumbuhan hijau, jika memungkinkan buatlah lubang resapan biopori. Jika ada rezeki lebih, marilah kita sumbangkan sebagian ke LSM lingkungan hidup yang berjuang langsung untuk melestarikan alam kita.


Wednesday, August 24, 2011

Belajar anti-korupsi dari Hong Kong

Dalam hal kerukunan beragama, layak kita belajar dari Mesir. Dalam hal memberantas korupsi, kita bisa belajar (antara lain) dari Hong Kong, tentu dengan catatan pemerintah punya itikad baik untuk melakukan hal tersebut.

Wawancara dengan Tony Kwok Man-wai Ketua ICAC (Independent Commision Against Corruption), semacam badan antikorupsi di Hong Kong, dimuat dalam mingguan Tempo edisi 22-28 Agustus 2011.

Ada beberapa hal yg disampaikan oleh Tony Kwok ini, menarik kita simak:
  1. Tony Kwok setuju bahwa memberantas korupsi harus dimulai dengan komitmen dari atas (pemerintah/presiden, Kepala Kepolisian, Jaksa Agung dsb.)
  2. bahwa memberantas korupsi seharusnya tidak membutuhkan waktu lama (tidak sampai 10 tahun misalnya, kasus Hong Kong mereka hanya butuh 3 tahun)
  3. bahwa korupsi sekecil apapun tidak bisa ditolerir
  4. perlunya program perlindungan saksi bagi (antara lain) para whistleblower
  5. kultur antikorupsi harus ditanamkan sedini mungkin (kasus Hong Kong sejak Taman Kanak-Kanak), bandingkan dengan Indonesia yg sejak di SD sudah diajari nyontek dengan bocoran jawaban UAN.
  6. Lembaga Antikorupsi sebagai satu-satunya pihak yg berhak melakukan penyidikan kasus korupsi
Menyimak pernyataan Tony Kwok ini, Anda bisa lihat sendiri bagaimana sikap dan komitmen pemerintah Indonesia. Polisi yang seharusnya berada di barisan paling depan, seharusnya menjadi institusi pertama yg bersih atau dibersihkan. Kenyataannya kasus rekening gendut para Jenderal Polisi hingga saat ini tidak jelas tindak lanjutnya. Presiden SBY sendiri yg bahkan memberi kesan tidak mendukung KPK (membiarkan perseteruan KPK dengan Polri).

Walahualam, sebagai orang beriman, betapapun kondisi negara kita seperti ini, kita diajak untuk tetap optimis bhw ada masa depan yg baik buat Indonesia.


Friday, August 19, 2011

HOS Cokroaminoto


Pepatah lama berbunyi: Bangsa yg besar adalah Bangsa yg bisa menghargai Pahlawannya. Masalahnya bagaimana kita bisa menghargai para pahlawan, kalau kita tdk mengenal mereka, tidak tahu apa yg sudah mereka lakukan dan tidak sadar betapa besar jasa mereka.

Tidak banyak yang saya bisa ingat dari pelajaran sejarah waktu masih sekolah dulu. Tapi sekarang kita patut bersyukur bahwa majalah ternama seperti Tempo membuat reportase yang cukup lengkap tentang para tokoh bangsa kita.

Edisi Khusus Proklamasi Kemerdekaan 2011 membahas tentang HOS Cokroaminoto. Jujur saja saya tidak kenal tokoh ini. Tapi setelah saya baca reportase Tempo, terbanyak banyak hal yang bisa kita pelajari dari tokoh ini....... (bersambung)

Negara Ajaib (2)

Praduga bersalah yg saya paparkan pada posting terdahulu soal alasan kenapa harus menggunakan pesawat charter seharga Rp 4 Milyar untuk memulangkan Nazarudin bisa jadi benar.

Berita di Koran Tempo Kamis kemarin (18 Agustus 2011) terang-teranganya menyebutkan Nazarudin mengajukan kompromi ke SBY. Nazarudin berjanji untuk tidak melibatkan atau mengungkit keterlibatan para pembesar Partai Demokrat kalau aparat keamanan juga bersedia untuk tidak menangkap dan memproses hukum istrinya, Neneng.

Aneh bin ajaib bahwa seorang tersangka kasus korupsi berani mengutarakan kebusukan seperti itu secara terbuka. Pernyataannya disampaikan langsung oleh pengacaranya sendiri, OC Kaligis. Apa nggak hebat tuh.

Lepas dari benar atau tidaknya pernyataan Kaligis, secara resmi dan terbuka hampir pasti SBY akan menolak (atau memberi kesan menolak) tawaran Nazarudin.

Coba kita telaah lebih dalam, ada dua kemungkinan di sini, kemungkinan pertama pernyataan Kaligus itu benar, kemungkinan kedua pernyataan bohong.

Jika pernyataan bohong Nazarudin menghadapi risiko besar karena dia kemungkinan besar akan dituntut dengan tuduhan pencemaran nama baik, bukan hanya oleh petinggi Demokrat tapi bahkan oleh SBY sendiri.

Jika pernyataan benar, ada dua kemungkinan lagi, kemungkinan 1: Nazarudin dituntut telah mencemarkan nama baik oleh Partai Demokrat dan SBY, namun saya kira peluang ini kecil karena baik Demokrat maupun SBY akan sulit juga membuktikan bahwa mereka tidak terlibat. Kemungkinan kedua Nazarudin tidak dituntut oleh baik Demokrat maupun SBY, karena kekhawatiran Demokrat dan SBY upaya memperkarakan justru menjadi bumerang membuka borok-borok pada diri mereka.

Analisa sederhana menyimpulkan bahwa peluang kemungkinan pernyataan Nazarudin itu benar (bukan bohong) lebih besar karena jika Nazarudin berbohong risikonya sangat besar dan tidak ada keuntungan yang didapatnya.

Pertanyaan sesungguhnya adalah kenapa Kaligis dengan sengaja membeberkan kebusukan itu ke hadapan publik. Saya kira Kaligis bukan pengacara amatir, dia bukan orang bodoh. Saya yakin Kaligis sudah melakukan perhitungan matang, untung rugi dia membuat pernyataan seperti itu secara terbuka.

Kesimpulan apa yang bisa diambil dari kasus ini ?, sekali lagi membuktikan bahwa negeri ini adalah Negara Ajaib, bahkan seorang tersangka kasus korupsi dengan beraninya mengajukan tawaran kompromi langsung kepada Kepala Negara.

Harapan kita kepada SBY adalah secara tegas memproses hukum Nazarudin, tidak peduli proses tersebut akan mengorbankan para pemimpin Partai Demokrat. Jika SBY tidak tegas, jangan-jangan tuduhan Nazarudin memang benar, jangan-jangan memang ini Negeri Ajaib.



Tuesday, August 16, 2011

Negara Ajaib

Sebetulnya saya senang menulis, itu sebabnya saya membuat blog ini. Dan karena syukur saya sebagai orang Indonesia, topik tentang Indonesia yg saya pilih menjadi thema. Masalahnya berita di negara ini hampir semuanya bukan berita yg menyenangkan membanggakan. Tapi
sebaliknya lebih banyak yg membuat hati miris, prihatin, sedih campur marah dan geram.

Itu sebabnya saya juga jadi malas menulis, sebab apa yg saya tulis nantinya hanya akan berkisar soal kritik, kecaman, keprihatinan dst dst tentang Indonesia.

Coba kita ingat-ingat berita apa saja yg muncul di Kompas minggu-minggu atau bulan-bulan terakhir ini, lebih banyak berita yg menyedihkan daripada yg menyenangkan. Salah satunya yang paling membuat hati saya miris adalah berita matinya seekor harimau Sumatra, beberapa hari kemudian ada lagi berita di Kompas, bhw 20 ekor harimau Sumatra mati setiap tahunnya. Tapi sudahlah untuk apa kita bicara tentang harimau, sedangkan manusianya saja tidak dihargai di negeri ini.

Judul posting ini saya cuplik dari komentar Onno W. Purbo di tweeternya, bahwa negara ini ajaib, karena orang bisa ditangkap polisi dan masuk penjara hanya karena tdk menyediakan buku manual berbahasa Indonesia untuk gadget yang dijualnya lewat kaskus. Sementara para koruptor kakap dibiarkan lalu lalang di depan hidung.

Kasus Nasarudin, (Bendahara Umum Partai Golkar yg terlibat kasus korupsi Wisma Atlet Palembang), semakin mengukuhkan premis Onno Purbo bahwa ini negara ajaib.

Ajaib betul, bahwa orang seperti Nasarudin yg sdh begitu jelas dan nyata melakukan tindak korupsi, bahkan terang-terangan melarikan diri ke negara lain, masih diakui eksistensinya oleh Partai Demokrat pimpinan SBY. Statusnya sebagai anggota DPR belum dicabut berarti ybs masih berhak mendapatkan gaji anggota DPR yg berpuluh juta itu.........

Sewaktu Nasarudin ditangkap polisi Colombia, ajaib bin aneh bahwa pernyataan SBY yang muncul adalah :”...jaga keselamatan Nasarudin...”. Saya bertanya-tanya tidak habis pikir, kenapa hal itu yang menjadi pokok pemikiran SBY, jika keselamatan Nasarudin dikhawatirkan, tentu ada yang mengancamnya, lalu siapa yang mengancam..... Jika kita cermati pernyataan-pernyataan Nasarudin yang hampir semuanya memojokkan para petinggi Partai Demokrat yang dipimpin SBY, apakah logis jika kita simpulkan ancaman ke Nasarudin berasal dari jajaran Partai Demokrat ??......


Bagi saya jauh lebih masuk akal jika SBY buat pernyataan seperti ini: ”....jaga ketat Nasarudin, jangan sampai melarikan diri, sita semua hasil korupsinya, periksa seluruh aliran dana korupsi yang disalurkan Nasarudin, tidak peduli ditujukan ke mana, bahkan ke Partai Demokrat sekalipun......”


Ajaib bin tidak masuk akal berikutnya adalah upaya pemulangan Nasarudin ke Indonesia. Dengan alasan keamanan, pemerintah menggunakan pesawat charter untuk membawa Nasarudin ke Indonesia. Biaya yg dihabiskan tidak kurang dari Rp 4 Milyar. Pertanyaan saya pertama keamanan seperti apa yg dimaksud pemerintah. Kedua apakah dengan pesawat charter menjadi lebih aman (di aspek apa lebih aman). Ketiga apakah sebanding keamanan yg ingin dipastikan tadi dengan biaya yg harus dikeluarkan ?


Coba kita berandai-andai apakah Nasarudin seorang veteran pasukan komando yg mampu melumpuhkan penjaganya, atau mampu merakit bom untuk diledakkan di pesawat ? Apakah dia berencana membajak pesawat yg akan membawanya ke Indonesia ? Dengan cara apa dia bisa membajak pesawat, hal tersebut tidak mungkin dilakukan sendiri toh ? Lho, apakah petugas polisi penjemput ada kemungkinan membelot (karena disuap) dan berbalik berupaya membebaskan Nasarudin ?


Saya tidak menemukan relevansi alasan keamanan Nasarudin dengan penggunaan pesawat charteran seharga Rp 4 Milyar tersebut. Coba kita lakukan pengandaian yang lain......

Dengan pesawat charteran, suasana lebih nyaman, lebih relax, privat, tidak ada penumpang umum yang lain dan tidak dikenal. Pesawat charteran bisa berangkat sembarang waktu, bisa transit dimanapun (yang penting biaya OK). Suasana nyaman dan privat, orang menjadi lebih bebas berbicara, diskusi, tukar pikiran. Peluang untuk membuat deal dan kesepakatan juga terbuka lebar....... tergantung apa yang mau diperjual-belikan, apakah harga disepakati.....


Itu hanya pengandaian saja, di Negara Ajaib konon apapun bisa terjadi dan itu sudah terbukti.......




Thursday, February 10, 2011

"Allahu Akbar" oleh Gus Mus

Sedih rasanya setiap hari membaca berita tentang Indonesia, selalu hal-hal buruk yg mengemuka, mulai dari banjir, bencana alam, korupsi, Gayus, rekening Polri, KPK, kerusuhan lalu korupsi lagi....

Seminggu terakhir berita tentang kekerasan antar umat beragama, bahkan sampai jatuh korban jiwa, lalu kasus Temanggung.

Saya tidak ingin detail membahas kasus-kasus tersebut, saya hanya ingin share satu puisi doa karangan KH Mustofa Bisri (Gus Mus), kebetulan dikirim oleh seorang teman ke BB saya.

Saya kutip seadanya dari BB tanpa mengubah apapun sebagai berikut:

ALLAHU AKBAR
oleh Simbah Kakung/Gus Mus
(KH Mustofa Bisyri, Rembang)
07 Februari 2011 jam 6:24

Kumuat kembali sajakku ini untuk kalian:
Allahu Akbar!
Pekik kalian menghalilintar
Membuat makhluk-makhluk kecil tergetar.

Allahu Akbar! Allah Maha Besar! Urat-urat leher kalian membesar meneriakkan Allahu Akbar dan dengan semangat jihad nafsu kebencian kalian membakar apa saja yang kalian anggap mungkar

Allahu Akbar, Allah Maha Besar! Seandainya 5 Milyar manusia penghuni bumi sebesar debu ini sesat semua atau saleh semua, tak sedikitpun akan mempengaruhi kebesaranNya.

Melihat keganasan kalian aku yakin kalian belum pernah bertemu Ar-Rahman Yang kasih sayangNya meliputi segalanya.

Bagaimana kau begitu berani mengatasnamakanNya ketika dengan pongah kau melibas mereka yang sedang mencari jalan menujuNya?

Mengapa kalau mereka memang pantas masuk neraka tidak kalian biarkan saja Tuhan mereka yang menyiksa mereka. Kapan kalian mendapat mandat dan wewenang dariNya untuk menyiksa dan melaknat?

Allahu Akbar!
Syirik adalah dosa paling besar, Dan syirik yg paling akbar adalah mensekutukanNya dengan mempertuhankan diri sendiri. Dengan memutlakkan kebenaran sendiri.
Laa ilaaha illaLlah!


2005