Sunday, July 19, 2015

Akun Twitter Peduli Indonesia


Anda semua yg berkenan mengunjungi blog sederhana ini, diundang juga untuk follow akun Twitter Peduli Indonesia dengan alamat @HermantoIriawan.

Akun ini sebetulnya sudah dibuat sejak Juni 2012 namun karena berbagai kondisi & pertimbangan, baru bisa (dan akan) dioptimalkan saat ini. Mudah-mudahan bisa menjadi media komunikasi yang efektif bagi kita semua yang peduli dengan negara ini.

"Tinggal di Negeri Ini, Menakutkan"

Dalam sebuah wawancara imaginer, saya membayangkan dialog berikut:

orang 1: "Semakin lama semakin menakutkan tinggal di Indonesia ini...."
orang 2: "Memangnya kenapa ?"

orang 1: "Semakin hari, semakin saya lihat ketidakpastian hukum di negara ini. Bayangkan seorang nenek janda tua, dihukum karena dituduh mencuri kayu, maling sandal dipukuli dan dibui sementara koruptor Milyaran Rupiah bebas.  Napi narkoba masih bisa mengendalikan bisnis haramnya dari penjara, dan mungkin masih ada ribuan contoh lain yg memperlihatkan hukum mandul di republik ini" 
orang 2: "Lanjutkan Bung"

orang 1: "Hakim Sarpin menggunakan logika yg tak masuk akal dalam mengabulkan gugatan praperadilan Budi Gunawan (calon Kapolri waktu itu).  Kemudian dua orang pimpinan Komisi Yudisial yg menyampaikan kritik atas hal itu dijadikan tersangka, apakah tidak gila itu...."
orang 2: "Betul, saya setuju..."


orang 1: "Masih banyak contoh lain, silakan saja Anda baca koran, sembarang koran dari sembarang waktu, dengan mudah Anda akan menemukan"
orang 2: "Betul, setuju saya, bagaimana kita bisa merasa aman kalau tidak ada kepastian hukum, sewaktu-waktu kita bisa ditangkap polisi dan ditetapkan sebagai tersangka...."

orang 1: "Terkait kasus Sarpin dan praperadilan Budi Gunawan, masih banyak korban lain, silakan lihat gambar dari Twitter berikut ini"

orang 2 : "Ada apa sebetulnya, dahsyat sekali pembelaan terhadap Budi Gunawan ini, padahal terbukti kemudian Komisi Yudisial menetapkan Hakim Sarpin bersalah"

orang 1: "Dalam kondisi seperti ini, bagaimana negara kita mau maju, bagaimana kita mau memerangi korupsi, korupsi yg membuat kita menjadi miskin dan bodoh....."

 

Friday, July 17, 2015

Selamat Idul Fitri 1436H, Mohon Maaf Lahir & Batin

Selamat Idul Fitri 1436, Mohon Maaf Lahir & Batin bagi Anda yg berkenan mengunjungi blog kecil ini.

Mudah-mudahan Idul Fitri ini bisa menjadi momen untuk berdamai bagi kita semua, di antara umat Islam & di antara umat berbagai agama di Indonesia. Bagi pemerintah semoga bisa menjadi momen untuk menyadari (kembali) bahwa masih banyak pekerjaan rumah yg belum selesai, termasuk di antaranya kegagalan menyediakan transportasi yg nyaman bagi para pemudik dan lebih utama lagi kegagalan dalam melakukan pemerataan pembangunan hingga ke desa-desa, sebab jutaan orang yg mudik sebetulnya adalah potret tidak adanya pekerjaan di daerah, sehingga penduduk terpaksa mencari nafkah ke kota besar.


(foto dari Harian Kompas, 16 Juli 2015, para pemudik bermotor yg menunggu giliran masuk kapal penyeberangan di Pelabuhan Merak, Banten).

Semoga Idul Fitri ini juga menjadi momen untuk mengingatkan kita kembali untuk selalu bersyukur, sabar dan tetap mengendalikan diri terutama menghadapi situasi di Indonesia yg serba tak menentu, pemerintah yang tak peduli, aparat keamanan yg korup, anggota dewan yg tamak dan tak tahu malu, justru dalam kondisi serba buruk seperti itu kita diundang untuk tetap sabar dan kritis serta mengedepankan akal sehat dan logika dalam melakukan perlawanan.

Selamat Idul Fitri 1436H, Mohon Maaf Lahir & Batin.

Friday, July 10, 2015

Bahasa menunjukkan Bangsa

Tepat sekali peribahasa di atas: "Bahasa menunjukkan Bangsa".  Tabiat seseorang akan terlihat dari tutur katanya.  Tutur kata yang kasar menunjukkan bahwa si pengucap atau penutur tersebut kasar wataknya.   Bahasa yang kacau logika atau strukturnya menunjukkan bahwa si pengucap adalah seorang yg malas, malas untuk berpikir kritis dan malas untuk belajar berbahasa secara baik dan benar.

Saya merasakan dalam hidup sehari-hari bahwa penggunaan atau pengucapan bahasa Indonesia kita semakin lama semakin kacau, terutama dalam bahasa tertulis, baik itu berita di media cetak atau sekedar pengumuman yg ditempel di dinding rumah.  Apa yang saya maksud masih sebatas pada hal-hal yang mendasar seperti penggunaan awalan dan akhiran, penulisan kata depan, penggunaan tanda baca dan sebagainya, sy tidak berbicara aspek yang lebih canggih (yang biasa dibahas di kolom bahasa di banyak majalah).

Penggunaan bahasa yang kacau menunjukkan -sekali lagi- kemalasan untuk berpikir dan belajar berbahasa secara baik, juga kemalasan untuk berpikir kritis dan logis, sebab bahasa yang kacau secara langsung akan memperlihatkan kekacauan berpikir karena tidak mau atau tidak mampu mengikuti kaidah-kaidah yg benar dalam berbahas.

Untuk jelasnya saya akan berikan beberapa contoh sederhana yang saya ambil dari beberapa sumber, sebagian dari web dan sebagian lainnya saya potret dari papan pengumuman, brosur dan sebagainya.

contoh pertama saya ambil dari sebuah pengumuman di kamar mandi sebuah hotel, tertulis sbb: "Di Mohon Pembalut Tidak Di Buang ke Dalam Toilet Bowl Mengakibatkan Mampet Terima Kasih"

Ini contoh yg sangat sederhana, perhatikan ada dua sukkiu kata "di" yang dalam hal ini berfungsi sebagai awalan, sehingga penulisannya harus disambung, sedangkan suku kata "ke" adalah kata depan sehingga ditulis terpisah, dengan demikian kalimat seharusnya adalah "Dimohon pembalut tidak dibuang ke dalam toilet bowl, mengakibatkan macet, terima kasih"

Atau lebih baik lagi ditulis demikian:" Dimohon untuk tidak membuang pembalut ke dalam toilet bowl, mengakibatkan mampet, terima kasih": .

 Contoh kedua saya ambil dari sebuah website, tertulis Video, Pelukan Singa Betina Kepada Majikannya"

Sungguh saya tidak mengerti kenapa penulis menggunakan kata "kepada", tentu akan jauh lebih enak didengar (dan benar dari sudut tata bahasa) jika digunakan kata "dengan" sehingga kalimatnya menjadi 'Video Pelukan Singa dengan Majikannya"



Apakah Anda bisa menemukan bagian kalimat mana yg janggal ?   ".....beliau menjawab: "bila ia mengira kalau dirinya itu orang yang baik akhlaknya"

Kata "bila" dan "kalau" digunakan dalam kondisi pengandaian atau berandai-andai, dalam kalimat di atas keadaan pengandaian tersebut sudah ditegaskan dengan kata "bila" yang pertama, bagian berikutnya berfungsi menegaskan kondisi yang diandaikan tersebut, sehingga tidak tepat menggunakan kata "kalau", lebih tepat digunakan kata "bahwa" sehingga kalimatnya menjadi "beliau menjawab: "bila ia mengira bahwa dirinya itu orang yang baik akhlaknya""

Dapatkah Anda merasakan perbedaannya ?

Kesalahan berikut yang sering terjadi adalah penggunaan kata yang tidak perlu atau berlebihan. Berikut ini contohnya:

Bahaya adalah kata sifat, sedangkan kata kebakaran menerangkan terjadinya suatu peristiwa, dalam hal ini kata "bahaya" tidak diperlukan sebab kata "kebakaran" saja sudah cukup menjelaskan apa yang terjadi, lagi pula kita semua sudah tahu bahwa peristiwa kebakaran adalah sesuatu yang berbahaya toh ?   Dengan demikian kalimat yang lebih tepat adalah" "Jangan menggunakan lift jika terjadi kebakaran, gunakan tangga darurat"



Contoh berikut ini sama parahnya dg yg terdahulu, lepas dari siapapun yg mengucapkan kalimat tersebut, jelas kalimat yang salah menurut tatabahasa Indonesia. Loyalitas adalah kata benda tapi dalam kalimat ini difungsikan sebagai kata kerja membuat struktur kalimatnya menjadi rusak, penggunaan dua kata kepada juga tidak tepat.  Kalimat yg benar adalah "Tidak ada gunanya kita loyal pada partai kalau kita tidak berguna bagi rakyat".

Thursday, July 02, 2015

Benahi Alutsista dengan Apa Pak ?


Jatuhnya pesawat Hercules TNI AU di Medan pada hari Selasa, 30 Juni 2015 lalu tentu menyedihkan kita semua. Prihatin bahwa TNI AU masih mengoperasikan pesawat yang usianya sudah lebih dari 50 tahun.

Harian Kompas edisi Kamis, 2 Juli 2015 muncul dengan berita utama: presiden menginstruksikan pembenahan alutsista (alat utama sistem senjata TNI.  Siapapun yang bisa berpikir jernih dan waras tentu sependapat dengan pernyataan atau instruksi presiden ini. TNI harus melakukan pembenahan, peremajaan dan pemutakhiran persenjataannya.  Siapapun, bahkan anak SMP sekalipun saya kira berpendapat sama.

Menurut saya, masalah utamanya bukan di situ.    Jatuhnya Hercules ini hanyalah salah satu puncak gunung es yang tampak di atas muka laut (masalah yg lebih besar tidak tampak karena tersembunyi di bawah permukaan).   Sekali lagi siapapun yang bisa berpikir jernih (dan waras) tahu bahwa peremajaan harus dilakukan. Masalahnya dengan apa peremajaan itu akan dilakukan ?   Tentu membutuhkan anggaran yang sangat besar untuk melakukan peremajaan atas persenjataan TNI.

Pertanyaan lanjutannya adalah apakah kita punya dana cukup untuk melakukan peremajaan senjata tersebut.  Dana cukup hanya bisa kita miliki jika ekonomi kita kuat.  Ekonomi yang kuat hanya bisa dicapai jika:
- perekonomian dikelola oleh team yg kompeten, cerdas, bersih dan jujur
- tidak ada korupsi
- iklim usaha yang kondusif
- ada kepastian hukum
dan sederet persyaratan lain yang dibutuhkan untuk mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, yang bukan berbasis korupsi, kolusi dan nepotisme.

Sekarang silakan Bapak Presiden melakukan introspeksi diri, apakah persyaratan-persyaratan yg disebutkan di atas sudah dipenuhi ?   sudahkah presiden memilih menteri dan team yang sungguh-sungguh berkompeten, cerdas, bersih dan jujur (dan bukannya dikendalikan oleh kepentingan partai yang mendesakkan kader-kadernya diangkat jadi menteri).   Berikutnya adalah seperti apa komitmen presiden dalam memberantas korupsi, korupsi yang menggerogoti keuangan negara kita, membuat rakyat semakin miskin dan semakin bodoh.  

Silakan Bapak Presiden menilai sendiri bagaimana pemerintah (presiden dan para menteri) telah bersikap terhadap KPK selama ini.  

Silakan ambil cermin besar dan berkacalah.....   Kemudian jawablah pertanyaan itu, pembenahan alutsista harus dilakukan dengan apa ?