Thursday, August 23, 2012

Prihatin di Kebon Binatang

Hari Rabu kemarin tanggal 22 Agustus 2012, saya ajak keluarga jalan-jalan ke Kebon Binatang Bandung, mumpung masih libur, kami manfaatkan waktu untuk berwisata sejenak.   Namun dalam kesempatan ini saya bukan ingin cerita tentang wisata di Kebon Binatang itu, melainkan pada dua hal yang agak mengganggu saya terkait parkir dan pengelolaan karcis masuknya.

Pertama adalah biaya parkir sebesar sepuluh ribu rupiah. Saya sempat kaget oh tinggi sekali biaya parkirnya. Saya menerima karcis parkir dan setelah saya amati, bagian tarif parkir ditulisi dengan spidol hitam Rp 10.000.- menutupi tarif yang aslinya tercetak di karcis tersebut.  Setelah saya amati lebih teliti, tarif asli yang tertera pada karcis tersebut adalah Rp 1.000.- saja, jadi tarif telah dilipatgandakan sebesar 10 kali.

Bukan saya tidak ikhlas membayar parkir sebesar sepuluh ribu, tapi yang terpikir oleh saya, dikemanakan uang tersebut, apakah pungutan tersebut resmi, apakah disetorkan ke Pemda Bandung ?   Atau itu merupakan "kejahatan" yang dilakukan tukang parkir bekerja sama dengan aparat kepolisian ?  Karena mustahil polisi (yang saya lihat ada beberapa berjaga-jaga di tempat tersebut) tidak mengetahui hal ini.

Kejanggalan kedua terjadi pada pintu masuk. Harga karcis Rp 20.500.- perorang (anak usia 3 tahun ke atas bayar penuh).   Setelah saya membayar karcis dan melewati pintu masuk, karcis diminta oleh petugas, tapi anehnya karcis tidak disobek dan diserahkan kembali ke saya, melainkan karcis tersebut tetap utuh dan dipegang oleh petugas pintu masuk.  Lewat beberapa langkah, saya baru sadar kemudian kembali ke petugas dan meminta sobekan karcisnya.

Jelas bahwa petugas pintu masuk telah lalai atau melanggar prosedur, karcis harus disobek, sebagian diserahkan kembali ke pengunjung dan sebagian ditahan oleh petugas, prosedur ini dimaksudkan agar karcis tidak bisa digunakan kembali oleh pengunjung karena memang hanya berlaku untuk satu kali masuk.  Dengan tetap ditahan utuh oleh petugas, terbuka peluang dilakukannya penyelewengan, karcis yang masih utuh bisa dijual kembali oleh petugas dan uang yang diterima tidak disetorkan ke pengelola Kebon Binatang tapi ke kantong petugas yang menyalahgunakan wewenangnya.

Sekali lagi bukan saya tidak ikhlas dengan Rp 20.500.- tapi kita berkewajiban untuk turut memastikan bahwa uang yang kita bayar sampai pada mereka yang berhak mendapatkannya, dalam hal ini pengelola Kebon Binatang yang membutuhkan dana operasional yang tidak sedikit untuk merawat, memelihara dan memberi makan semua satwa koleksi Kebon Binatang.

Kebetulan hari Rabu kemarin adalah H+3 Idul Fitri, banyak sekali warga yang datang berkunjung, Kebon Binatang sangat padat dan ramai.  Silakan Anda bayangkan sendiri jika petugas menyalahgunakan wewenangnya, berapa banyak uang yang seharusnya disetorkan untuk pengelolaan tempat ini, "menguap" begitu saja, atau tepatnya diambil untuk keuntungan pihak-pihak yang tidak berhak.

Saya prihatin, sekali lagi prihatin, peristiwa ini semakin menguatkan "tuduhan" saya atas bangsa dan negeri ini sebagai negeri para maling, sinis memang tapi itulah fakta.  Tidak salah kiranya kalau dari tahun ke tahun negara kita dikenal sebagai negara yang paling korup, karena memang korupsi sudah mengakar di hampir semua sendi kehidupan. 

Wednesday, August 22, 2012

Mohon maaf Lahir & Batin, Selamat Idul Fitri 1433H

Dari tahun ke tahun, suasana menjelang dan selama Idul Fitri di Indonesia tidak banyak berbeda.  Khusus di Jakarta, pola waktu macet sedikit berubah.  Macet mulai lebih awal, karena jam kerja lebih singkat, dan orang ingin cepat segera sampai di rumah supaya bisa berbuka bersama keluarga.  Yang saya rasakan (dari tahun ke tahun sama) adalah para pengemudi menjadi lebih bringas, tidak sabaran, ingin cepat jika perlu serobot kiri kanan.  Lucu memang, jadinya seperti ada yang tidak pas, di saat kita diajak untuk mengendalikan hawa nafsu (bukan hanya nafsu makan dan minum tentunya).... tapi justru di jalanan orang berperilaku sebaliknya. 
---------

Berulang dari tahun ke tahun hal yang sama terjadi, ratusan ribu orang mudik pulang ke kampung halaman. Bagi yang beruntung memiliki mobil kondisinya masih lumayan, tapi bagi banyak saudara kita yang tidak punya mobil dan terpaksa harus naik sepeda motor, sungguh memprihatinkan.

Miris hati saya membaca berita di koran, para pemudik dengan sepeda motor, membayangkan kelelahan dan penderitaan yang harus mereka alami. Panas terik, beban berat, jalan rusak, kemacetan dan belum lagi bahaya yang mengancam sepanjang perjalanan, dan itu semua harus dijalani dalam kondisi berpuasa. Terlebih yang membawa anak-anak kecil.........   Di satu sisi ada rasa haru, saya melihat ada iman, ada ketangguhan, ada kekuatan, ada kesabaran, ada cinta kasih dalam diri saudara-saudara kita yang harus bersusah payah mudik dengan sepeda motor. 

Di lain sisi saya melihat -sekali lagi- betapa kurangnya perhatian pemerintah pada mereka, jika kita tidak mau menggunakan kata "gagal".  Jujur saja, bahwa penderitaan para pemudik ini terjadi karena pemerintah telah gagal menyediakan transportasi yang layak bagi mereka. Pemerintah telah gagal mengadakan pemerataan pembangunan dan kemakmuran, sehingga rakyat dari desa dan pelosok semuanya berangkat ke kota besar mencari rezeki. 

Lebih miris lagi membaca tingginya korban tewas para pemudik, Kompas, 22 Agustus 2012 melaporkan angka korban tewas sudah mencapai 574 orang, dimana sekitar 70% kendaraan yang terlibat kecelakaan adalah sepeda motor. Ini tentu menjadi duka cita bagi kita semua.  Yang lebih memprihatinkan lagi adalah pertanyaan sadarkah pemerintah bahwa ini adalah tanggung-jawab mereka.

Mohon maaf lahir dan batin, Selamat Idul Fitri 1433 H.

Sunday, August 19, 2012

Dirgahayu Republik Indonesia 67 Tahun

Tahun 2012 ini Indonesia memperingati kemerdekaannya yang ke-67.  Kondisi masih memprihatinkan.

Kita sudah bebas dari kolonialisme Belanda dan Jepang, tapi sekarang kita dijajah oleh bangsa sendiri, oleh para pemimpin korup, para Jendral Polisi yang korup, anggota DPR yang korup dst dst.

Pagi-pagi dengar berita di televisi, koruptor kakap Gayus Tambunan mendapat remisi 4 bulan.  Lagi-lagi menunjukkan inkonsistensi Presiden SBY dalam pemberantasan korupsi.  Sementara Harian Kompas memberitakan KPK menangkap dua hakim Pengadilan Tipikor di Semarang karena diduga menerima suap.

Prihatin, sekali lagi prihatin kata yang paling tepat untuk menggambarkan perasaan kita saat ini.  Namun saya masih optimis bahwa Indonesia bisa menjadi lebih baik.  Kita masih punya pejuang: Abraham Samad dengan KPKnya.  Samad sudah membuktikan keberaniannya, kebulatan tekadnya dan perjuangannya tak kenal takut melawan korupsi.

Mengutip editorial dari Mingguan Gatra yang mengatakan bahwa kemerdekaan hanya bisa dicapai lewat dua cara: diberikan (oleh penjajah) dan direbut/diperjuangkan (dari penjajah).  Jika benar Indonesia masih dijajah oleh bangsa sendiri, oleh pemimpin dan penguasa yang korup, maka kita diajak untuk melawannya. Melawan tidak harus secara frontal dengan kekerasan, minimal berangkat dari diri sendiri untuk bekerja jujur dan besih (jangan jadi koruptor), mengajari anak-anak kita untuk bersih dan jujur, tidak mengambil hak orang lain.  Bentuk yang lebih nyata lagi misalnya dengan ikut menyumbang langsung untuk KPK.  Sampai akhirnya bentuk yang paling ekstrim dan berani, adalah seperti yang dilakukan Abraham Samad.

Mari dukung KPK, mari dukung Samad. Dirgahayu Indonesia Raya !

Thursday, August 16, 2012

Mari Dukung KPK perangi korupsi !

Indonesia sudah terkenal sebagai salah satu negara paling korup di dunia.  Sedemikian korupnya, hingga kejahatan korupsi dilakukan oleh hampir semua pihak dari hampir semua sektor dan instansi pemerintah, termasuk aparat penegak hukumnya.  Sedemikan parahnya korupsi di Indonesia, sehingga upaya penyidikan/pengusutan kasus korupsipun dihalang-halangi, bahkan oleh aparat hukum sendiri.

Kisruh antara KPK dengan POLRI terkait kasus pengadaan simulator mengemudi oleh Korlantas POLRI semakin meneguhkan dugaan itu.  Silakan baca reportase lengkap dan lugas dari Mingguan Tempo (salut saya untuk Mingguan Tempo), edisi 13 Agustus 2012.

Aneh bin tidak masuk akal bahwa upaya KPK untuk melakukan penyidikan dihalang-halangi oleh POLRI. Bahkan polisi melakukan penyadapan dan menguntit para pimpinan KPK. 



Foto diambil dari Harian Kompas, 16 Agustus 2012.

















Belum cukup rupanya upaya menentang KPK oleh POLRI.   Upaya lain lewat jalur yang lebih terstruktur rupanya juga dilakukan oleh DPR. Saat ini mereka sedang melakukan revisi atas UU tentang KPK, anehnya revisi ini justru melemahkan KPK antara lain dengan memangkas beberapa kewenangan KPK.

 







Wednesday, August 15, 2012

Sengketa POLRI vs KPK, Menguji nyali (dan akal) Presiden SBY

Setelah dulu pernah ribut-ribut antara POLRI dengan KPK, dengan isu Cicak vs Buaya.  Akhir-akhir ini kisah serupa terulang lagi. Diawali dengan langkah berani dan proaktif dari KPK menyelidiki kasus pengadaan Simulator oleh Korlantas Polri.

Bagi Anda yang tertarik mendalami kasus ini, silakan baca reportase lengkap dari Mingguan Tempo. Dua edisi terakhir Tempo (6 dan 13 Agustus) membahas kasus ini.

Saya akan menyarikan saja informasinya dalam tabel untuk memudahkan Anda mempelajari fakta yang terjadi.








... bersambung...

Friday, August 10, 2012

Demokrasi Aneh di Negeri Orang Bodoh

Paska tahun 1998, negara kita sering disebut-sebut sudah menerapkan demokrasi dengan sangat baik.  Mungkin yang dimaksud adalah rakyat punya kebebasan yang besar, bebas memilih, bebas dipilih, bebas mencalonkan diri, bebas membuat partai politik dst. dst. 

Di satu sisi mungkin OK, tapi apa iya demokrasi seperti itu yang diinginkan atau yang dibutuhkan oleh negara kita ?

Pemilu Indonesia mungkin yang paling unik di dunia (atau paling aneh ?) sebab diikuti banyak sekali partai politik, bukan belasan tapi puluhan.  Jumlah partai politik bisa bertambah sewaktu-waktu, kalau dalam satu partai terjadi konflik internal, misalnya ada dua atau tiga tokoh sama-sama ingin mencalonkan diri jadi presiden, potensial sekali partai tersebut bakal pecah menjadi dua atau tiga.  Hal ini terbukti sudah terjadi, Hanura adalah "pecahan" dari Golkar setelah Wiranto tidak mendapat dukungan yang dia harapkan dari Golkar.  Demikian pula Partai Nasdem yang didirikan oleh Surya Paloh yang tadinya salah satu tokoh Golkar.

Berita terakhir saya baca di Koran Tempo edisi 9 Agustus 2012, Yenni Wahid sedang mengurus pembentukan Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB) yang merupakan gabungan dari Partai Kemakmuran Bangsa Nusantara dan Partai Indonesia Baru. 

Kenapa kira-kira rakyat Indonesia dan wakil-wakilnya ini begitu gemar mendirikan partai ?  Anda punya dugaan ?

Saya punya dugaan -hanya dugaan- bahwa hal konyol tersebut di atas terjadi karena siapapun yang membentuk partai pada saat proses pembentukan partai tersebut, pada dasarnya bukan berpikir tentang bagaimana mensejahterakan rakyat, bukan berpikir tentang bagaimana memajukan negara ini.  Para pendiri partai pertama-tama berpikir untuk kepentingan dirinya sendiri, kelompoknya atau golongannya. 

Dalam perjalanan waktu, begitu sang pendiri partai mengalami konflik dengan pengurus yang lain, dan konflik tersebut berdampak langsung pada kepentingan pribadinya, maka perpecahan akan sulit dihindarkan.

Saya yakin hasilnya akan berbeda, jika sejak awal partai didirikan, seluruh elemen partai, para pendiri, para pengurus memusatkan seluruh perhatian pada kepentingan rakyat dan bangsa.  Tidak ada niat untuk -misalnya- memperkaya diri sendiri atau memberi keuntungan bagi golongan sendiri.

Coba kita bandingkan dengan Amerika Serikat.  Saya bukan pengagum Amerika Serikat, tapi harus diakui dalam banyak hal kita bisa belajar dari mereka. Sejak puluhan tahun di Amerika hanya ada 2 partai saja: Republik dan Demokrat.  Sejauh yang bisa saya lihat para kader di kedua partai ini solid dan saling mendukung. Menjelang pemilihan presiden misalnya, ada mekanisme internal masing-masing partai untuk memilih calon yang akan mewakili partai mereka dalam pemilihan presiden. Selama proses ini berlangsung akan terjadi kompetisi ketat di antara para calon, tapi begitu ditetapkan satu pemenang yang akan mewakili partai, maka pihak yang kalah secara ksatria akan mengakui dan menerima kekalahannya dan terhitung saat itu memberikan dukungannya penuh kepada rekan satu partai untuk maju bersaing melawan calon presiden dari partai lainnya.

Apakah hal serupa itu terjadi di Indonesia ? silakan lihat sendiri bagaimana proses pencalonan presiden di Indonesia. 

Sistem multipartai Indonesia menimbulkan masalah lain. Karena banyaknya partai yang berebut suara, akhirnya perolehan suara masing-masing juga tidak begitu besar.  Korelasinya dengan jumlah wakil yang menduduki kusi anggota DPR juga akan sedikit untuk masing-masing partai.  Katakanlah presiden yang terpilih berasal dari Partai Demokrat, dia akan didukung oleh wakil Partai Demokrat di DPR, nah karena jumlah anggota DPR dari Partai Demokrat juga tidak besar atau tidak mendominasi  maka presiden terpilih kemudian sibuk menggalang koalisi dari banyak partai supaya kekuasaannya aman, langgeng, tidak digoyang. Itulah yang terjadi pada SBY.

Kerugian lainnya adalah tingginya cost pelaksanaan Pemilu, semakin tinggi jumlah partai semakin tinggi costnya.  Berapa lembar kertas suara harus dicetak untuk mencakup seluruh lambang partai dan foto para Caleg ?

Aneh bin ajaib, begitu banyak kerugian dan keanehan dari mekanisme demokrasi di Indonesia, tidak ada satupun pihak yang mempermasalahkan atau minimal mempertanyakan hal itu.  Tidak ada misalnya gagasan untuk membatasi jumlah partai, minimal pembentukan partai baru harusnya tidak diijinkan lagi. Tidak ada usaha usaha untuk menyederhanakan dan mengurangi jumlahnya.  Partai-partai yang sudah terlanjur terbentuk dianjurkan untuk bergabung.

Saya yakin penyederhanaan dan pengurangan jumlah partai dampaknya akan positif.   Para pengurus partai harusnya "dipaksa" untuk berpikir tentang rakyat negeri ini.  Harus dibuat mekanisme jika ada pengurus partai yang hendak mencari keuntungan diri sendiri, maka yang bersangkutan akan terlempar keluar dari partai dan tidak bisa membangun partai baru lagi karena pintunya memang sudah ditutup.

Konon hanya keledai yang jatuh terantuk berkali-kali pada satu lubang yang sama.