Monday, July 30, 2007

Apa yang terjadi 1998 (3)


Tidak terasa sudah 10 thn Indonesia mengalami krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997. Majalah TEMPO terbitan 23 Juli 2007, berupa edisi khusus 10 Tahun Krisis Indonesia.

Banyak ulasan menarik di situ yg bisa menjadi pelajaran buat kita semua, termasuk yg kemudian terkait dg kerusuhan berdarah pada 1998, yg berujung dengan kejatuhan Soeharto. Tidak bisa dipungkiri memang, bahwa kerusuhan 1998 berawal dari kondisi perekonomian Indonesia yg memburuk, menyusul jatuhnya nilai tukar rupiah, dari sekitar Rp 2.500 per US$ menjadi sekitar Rp 10.000 per US$

Urutan kejadian adlh sbb:
- Juli 1997, mulainya krisis moneter di Thailand, yg terus berlanjut ke Indonesia
- September 1997 Indonesia menandatangani LoI (Letter of Intent) dengan IMF
- Nopember 1997 atas rekomendasi IMF, 16 bank dilikuidasi
- 5 Mei 1998 kenaikan harga BBM
- 12 Mei 1998 kerusuhan massal di berbagai kota
- 21 Mei 1998 Soeharto menyatakan mundur

Marilah kita simak salah satu artikel dalam majalah TEMPO tsb yaitu "Guncangan Ekonomi , Akankah Terulang" tulisan Goei Siauw Hong.

Hong menyebutkan bhw krisis ekonomi tsb tdk lepas dari banyaknya uang yang masuk ke Asia, yg antara lain disebabkan karena tingginya suku bunga relatif dibandingkan dengan di negara maju dan optimisme pasar yg berlebihan terhadap prospek ekonomi Indonesia. Investor (atau spekulan ?) memasukkan sejumlah besar dana dalam US$ dengan harapan mendapat keuntungan ganda dari suku bunga tinggi. Ketika dana itu masuk, rupiah menguat dan suku bunga menurun.

Celakanya ketika dana tersebut ditarik keluar (secara mendadak), rupiah langsung kolaps, suku bunga naik dan harga sekuritas anjlok, dan itulah yang terjadi di Indonesia. Banyak orang percaya bahwa George Soros adalah aktor utama yg bermain dalam spekulasi rupiah ini.

Saya tidak bermaksud mengajak Anda untuk menyalahkan George Soros, harus diakui bahwa krisis terjadi karena fundamental ekonomi kita yg lemah, aparat yg korup dan hukum yg nyaris tidak ada. Soros hanyalah satu orang lihai memanfaatkan situasi tersebut.

Konspirasi ?

Pemerintah Indonesia akhirnya mengundang IMF untuk membantu keluar dari krisis. Siapa sangka justru kehadiran IMF semakin memperburuk perekonomian Indonesia. Rekomendasi IMF berupa penutupan 16 bank semakin memperburuk keadaan, masyarakat panik, sehingga beramai-ramai menarik dana mereka termasuk dari bank-bank yg sebetulnya sehat. Pada akhirnya hal ini menyebabkan kehancuran sistem perbankan di Indonesia.

Yang menarik adalah pernyataan Hong bahwa: "Peran negatif IMF mungkin disengaja karena pada saat itu, fokus Amerika Serikat dan IMF memang menjatuhkan rezim Soeharto", sebuah pernyataan yang saya kira sangat masuk akal, terlebih apabila Anda sdh memahami apa yg terjadi dengan kejatuhan Soekarno pada 1965. Satu hal yg belum jelas, kenapa Amerika menghendaki kejatuhan Soeharto, silakan ini menjadi bahan analisa lebih lanjut para penganut teori konspirasi.

Analisa konspirasi ini menjadi semakin masuk akal apabila kita mencari tahu lebih dalam siapa itu George Soros, spekulan global asal Yahudi tersebut.

Aksi Soros dan IMF ini hanya merupakan langkah pembuka saja dalam rangkaian peristiwa 1998, penutupnya dikerjakan sendiri oleh anak bangsa ini yang haus kekuasaan dan kekayaan sehingga saling bertikai dan tidak segan-segan mengorbankan nyawa ratusan atau ribuan rakyat Indonesia.

Tuesday, July 24, 2007

SBY is Mr Doubtful, JK is Mr Greed

Anda yg terbiasa membaca harian Kompas, Republika atau Koran Tempo mungkin tidak akan menemukan judul di atas di koran-koran tersebut. Tapi cobalah sesekali Anda baca harian The Jakarta Post, saya kira mereka berani menampilkan berita dg cara yg lebih "berani", dari sudut pandang yg kritis dan berbeda tanpa takut. Mungkin karena menggunakan bahasa Inggris, maka pihak penguasa juga tidak terlalu khawatir dengan berita di situ.

Beberapa waktu lalu (saya lupa tanggalnya), Jakarta Post menampilkan foto Komandan KOPASSUS Mayjen Rasyid Aquari menunduk penuh hormat dan mencium tangan Tommy Suharto yg hadir pada saat acara ulang tahun KOPASSUS. Menarik sekali membaca komentarnya, yg kira-kira bunyinya : "siapa yang berkuasa ?".

Sedangkan judul kolom ini muncul di Jakarta Post edisi tanggal 20 Juli 2007 lalu.

Monday, July 16, 2007

Tidak ada tempat bagi Kapitalisme di Indonesia ?

Setelah banyak melakukan tebar pesona, dilanjutkan dengan tebar tangis (kasus lumpur Lapindo), kemudian tebar sumpah (kasus interpelasi Iran), sekarang bapak SBY melakukan tebar komentar, khususnya terkait kapitalisme di Indonesia.

"Ideologi berbasis kapitalisme dan neoliberalisme tidak mempunyai tempat di Indonesia", (Kompas, Jumat, 13 Juli 2007 halaman 15), demikian antara lain bunyi pidato Bapak SBY pada acara Peringatan Hari Koperasi ke-60 di Komplek Garuda Wisnu Kencana, Bali, Kamis, 12 Juli 2007 lalu. Wah, ini sungguh pernyataan mengejutkan, apa mungkin tidak ada kapitalisme di Indonesia ? Atau jangan-jangan pemahaman pak SBY tentang kapitalisme berbeda dengan yg diyakini banyak orang.

Secara umum saya mengartikan kapitalisme sebagai sebuah aliran dalam ilmu ekonomi yang menekankan betapa kuatnya peranan kapital (modal), yang dengan berbagai cara terus berusaha untuk memperkaya dirinya sendiri dengan memaksimalkan keuntungan yang didapat dan meminimalkan pengeluaran. Apabila pengertian ini yang dijadikan sebagai acuan, maka jelaslah bahwa pernyataan pak SBY perlu diklarifikasi lebih lanjut, bagaimana pemahaman beliau tentang kapitalisme.

Berikutnya apa yg dimaksud dengan neoliberalisme.

Wikipedia Indonesia menyebutkan demikian:
Neoliberalisme yang juga dikenal sebagai paham ekonomi neoliberal mengacu pada filosofi ekonomi-politik yang mengurangi atau menolak campur tangan pemerintah dalam ekonomi domestik. Paham ini memfokuskan pada metode pasar bebas, pembatasan yang sedikit terhadap perilaku bisnis dan hak-hak milik pribadi.
Dalam kebijakan luar negeri, neoliberalisme erat kaitannya dengan pembukaan pasar luar negeri melalui cara-cara politis, menggunakan tekanan ekonomi, diplomasi, dan/atau intervensi militer. Pembukaan pasar merujuk pada
perdagangan bebas.

Demikian rumusan dari Wikipedia, kalau kita mengacu pada rumusan tersebut maka konsepsi pasar bebas, AFTA dan WTO semuanya merujuk ke neoliberalisme. Apa benar Indonesia akan menolak paham tersebut ?, hal ini saya kira perlu klarifikasi lebih lanjut dari pak SBY.

Saya pribadi setuju bahwa kita harus kritis terhadap ideologi kapitalisme dan neoliberalisme, tapi saya kira kita juga harus realistis, apakah mungkin menolak paham tersebut. Bahkan negara komunis seperti Cina sekalipun sadar atau tidak menganut kapitalisme.

Masalahnya bukan terletak di: apakah kapitalisme (dan neoliberalisme) akan diberi tempat atau tidak di Indonesi, tapi adalah bagaimana Indonesia harus bersikap dalam dunia yang SUDAH dikuasai oleh kapitalisme dan neoliberalisme. Kenyataan menunjukkan bahwa kapitalisme dan neoliberalisme itu sudah dan akan terus menguasai dunia termasuk Indonesia. Bagaimana Indonesia bisa bertahan ?

. ...bersambung...

Thursday, July 12, 2007

Kiprah TEMASEK di Indonesia


Bahwa Indonesia dijajah oleh Belanda selama 350 tahun dan Jepang selama 3,5 tahun, kita semua sudah tahu, sudah masuk dalam pelajaran sejarah di Sekolah Dasar. Tapi bahwa saat ini kita ternyata sedang, sudah atau masih dijajah oleh Singapura (Temasek); jangankan masuk buku sejarah, para petinggi di LEMHANNAS saja belum tentu sadar.
Silakan baca beberapa reportase yg lengkap dan sangat menggugah dari majalah TRUST.
Reportase terkait Temasek tidak hanya sebatas dua tulisan di atas, Anda bisa search sendiri di Majalah Trust.

Monday, July 02, 2007

Indonesia sudah bisa membuat CNC

Seb etulnya ini bukan berita baru, karena Kompas sudah memberitakan ini pada April 2007 yang lalu. Sebuah akademi di Solo telah berhasil membuat mesin produksi berbasis CNC (computer numerical control). Salut kita untuk ATMI (Akademi Teknik Mesin dan Industri). Berita selengkapnya ada di Kompas edisi 24 April 2007.