Monday, July 16, 2007

Tidak ada tempat bagi Kapitalisme di Indonesia ?

Setelah banyak melakukan tebar pesona, dilanjutkan dengan tebar tangis (kasus lumpur Lapindo), kemudian tebar sumpah (kasus interpelasi Iran), sekarang bapak SBY melakukan tebar komentar, khususnya terkait kapitalisme di Indonesia.

"Ideologi berbasis kapitalisme dan neoliberalisme tidak mempunyai tempat di Indonesia", (Kompas, Jumat, 13 Juli 2007 halaman 15), demikian antara lain bunyi pidato Bapak SBY pada acara Peringatan Hari Koperasi ke-60 di Komplek Garuda Wisnu Kencana, Bali, Kamis, 12 Juli 2007 lalu. Wah, ini sungguh pernyataan mengejutkan, apa mungkin tidak ada kapitalisme di Indonesia ? Atau jangan-jangan pemahaman pak SBY tentang kapitalisme berbeda dengan yg diyakini banyak orang.

Secara umum saya mengartikan kapitalisme sebagai sebuah aliran dalam ilmu ekonomi yang menekankan betapa kuatnya peranan kapital (modal), yang dengan berbagai cara terus berusaha untuk memperkaya dirinya sendiri dengan memaksimalkan keuntungan yang didapat dan meminimalkan pengeluaran. Apabila pengertian ini yang dijadikan sebagai acuan, maka jelaslah bahwa pernyataan pak SBY perlu diklarifikasi lebih lanjut, bagaimana pemahaman beliau tentang kapitalisme.

Berikutnya apa yg dimaksud dengan neoliberalisme.

Wikipedia Indonesia menyebutkan demikian:
Neoliberalisme yang juga dikenal sebagai paham ekonomi neoliberal mengacu pada filosofi ekonomi-politik yang mengurangi atau menolak campur tangan pemerintah dalam ekonomi domestik. Paham ini memfokuskan pada metode pasar bebas, pembatasan yang sedikit terhadap perilaku bisnis dan hak-hak milik pribadi.
Dalam kebijakan luar negeri, neoliberalisme erat kaitannya dengan pembukaan pasar luar negeri melalui cara-cara politis, menggunakan tekanan ekonomi, diplomasi, dan/atau intervensi militer. Pembukaan pasar merujuk pada
perdagangan bebas.

Demikian rumusan dari Wikipedia, kalau kita mengacu pada rumusan tersebut maka konsepsi pasar bebas, AFTA dan WTO semuanya merujuk ke neoliberalisme. Apa benar Indonesia akan menolak paham tersebut ?, hal ini saya kira perlu klarifikasi lebih lanjut dari pak SBY.

Saya pribadi setuju bahwa kita harus kritis terhadap ideologi kapitalisme dan neoliberalisme, tapi saya kira kita juga harus realistis, apakah mungkin menolak paham tersebut. Bahkan negara komunis seperti Cina sekalipun sadar atau tidak menganut kapitalisme.

Masalahnya bukan terletak di: apakah kapitalisme (dan neoliberalisme) akan diberi tempat atau tidak di Indonesi, tapi adalah bagaimana Indonesia harus bersikap dalam dunia yang SUDAH dikuasai oleh kapitalisme dan neoliberalisme. Kenyataan menunjukkan bahwa kapitalisme dan neoliberalisme itu sudah dan akan terus menguasai dunia termasuk Indonesia. Bagaimana Indonesia bisa bertahan ?

. ...bersambung...

No comments:

Post a Comment