Wednesday, September 08, 2010

Halo Polisi (2) ?

Iseng-iseng saya amati, sejak blog ini saya terbitkan tahun 2006 isu yang paling menarik dalam blog ini adalah yang terkait dengan polisi. Indikasi terlihat dari:
1. report dari google/analytics
2. komentar yg masuk

Di satu sisi banyak kritik cukup keras dari masyarakat pembaca, di lain sisi ada krisis kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian yang sekaligus memperlihatkan sebetulnya betapa besar harapan masyarakat terhadap polisi.

Saya kira itu suatu hal yg sangat masuk di akal, karena tentu orang berharap akan hidup yang aman dan nyaman, orang butuh perlindungan, masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum dan ... keadilan.

Di lain pihak, kita sendiri melihat bagaimana kinerja atau performansi pihak kepolisian. Polisi yg seharusnya melindungi dan melayani (seperti slogan yg tertera di mobil patrolinya), dalam kenyataannya jauh sekali dari citra seperti itu. Kesan yg muncul justru seringkali polisi lebih dilihat sebagai "pemeras" atau "oknum pungli". Yang paling parah adalah kesan bhw aparat kepolisian bersekongkol dengan penguasa atau pengusaha...

Banyak kasus yang terjadi semakin menguatkan citra itu, saya sebut saja:
1. kasus rekening gendut para Jenderal Polisi
2. kasus pemerasan oleh 7 oknum polisi terhadap tersangka narkoba yg ternyata polisi yg sedang menyamar
3. kasus pengadilan ketika tiba-tiba pihak polisi menyatakan tdk punya rekaman pembicaraan tersangka
4. kasus rekayasa pada pengadilan Antasari Azhar dimana Komisaris Polisi Wiliardi Wizard mengaku dipaksa membuat kesaksian palsu yang memberatkan Antasari

Selain kasus di atas mungkin masih ada ratusan atau ribuan kasus lainnya, termasuk kisah-kisah yg Anda alami sendiri.

Saya jadi teringat beberapa tahun yang lalu, saya mematri kaca mata saya yg patah ke seorang tukang emas di seberang terminal Pasar Senen. Waktu itu di seberang terminal Senen berjejer cukup banyak kios tukang emas yang melayani jual beli emas dan melebur emas. Sementara saya menunggu kaca mata saya dipatri, tiba-tiba datang seseorang terengah-engah dan tergopoh-gopoh habis berlari, menyerahkan kalung dan gelang emas minta dilebur. Pada awalnya saya tidak sadar, belakangan baru saya tahu bhw orang tersebut adalah penjambret yg baru saja melebur emas hasil rampasannya.

Tidak masuk akal bagi saya bhw kegiatan itu tidak diketahui polisi, bhw jajaran tukang emas di seberang terminal Senen itu sebetulnya "satu ekosistem kejahatan" dengan para pencopet dan penjambret yg beroperasi di terminal Senen. Jika polisi punya itikad baik dan tulus memberantas kriminalitas tentu tidak sulit menggrebek para tukang emas yg berfungsi sebagai tukang tadah tersebut.

Ini adalah kisah nyata yg saya alami sendiri beberapa tahun lalu, mungkin Anda pembaca punya pengalaman yg lain....

Masalahnya adalah bagaimana kita bisa berharap lingkungan kita aman, bagaimana kita berharap ada kepastian hukum, bagaimana kita berharap Indonesia bisa maju bebas dari korupsi jika aparat penegak hukum yang seharusnya berada di posisi terdepan justru menjadi pelaku atau otak atau bersekongkol dengan penjahat itu sendiri.

Sampai kapan Indonesia akan seperti ini, wallahualam.

1 comment:

  1. Reformasi harus dilakukan.
    Masalahnya, reformasi tersebut baru akan lahir setelah thn 2014.

    ReplyDelete