Monday, September 20, 2010

Presiden prihatin, rakyat apalagi !


Di harian Kompas, edisi Sabtu, 18 September 2010, presiden SBY menyampaikan keprihatinannya atas pemberantasan korupsi di Indonesia.

Bagi saya pernyataan presiden tersebut sungguh aneh, karena dalam pemahaman saya, selaku presiden, justru SBY adalah salah satu orang yg paling bertanggung-jawab dalam pemberantasan korupsi di negeri ini.

Sepanjang yg dapat saya amati, justru banyak kebijakan presiden yg tidak tegas dalam soal pemberantasan korupsi, misalnya bagaimana baru-baru ini presiden memberikan remisi hukuman kepada para koruptor kakap. Juga bagaimana dalam kasus Century dan perseteruan KPK-Polri presiden tidak bersikap tegas, padahal KPK sudah membuktikan kesungguhan dan prestasi luar biasa dalam memberantas korupsi. Perseteruan KPK-Polri justru menunjukkan kesan adanya rekayasa pemerintah untuk melemahkan KPK.

Yang terakhir adalah kasus rekening gendut para Jenderal Polisi. Seperti kita tahu bahwa polisi sebetulnya yg menjadi harapan kita dalam memberantas korupsi. Seharusnya polisi berada di barisan terdepan dalam memberantas korupsi. Tapi kenyataan berbicara lain. Kasus rekening gendut menunjukkan bahwa polisi tidak transparan. Tidak transparannya polisi membuka peluang terjadinya penyimpangan. Dan penyimpangan itu adalah pelanggaran hukum.

Jadi kurang tepat rasanya kalau presiden prihatin atas korupsi, lebih tepat presiden prihatin pada dirinya sendiri.

3 comments:

  1. Itulah presiden kita yang ternyata tidak memberi inspirasi pada kita bahkan tidak membanggakan.

    ReplyDelete
  2. Presiden sebagi manusia biasa dan memiliki hati nurani pasti akan merasa ngeri, nyeri melihat situasi Indonesia saat ini, hanya saja beliau itu tidak berdaya karena sebagai pribadi harus merombak sistem yang begitu besar dan kaku, Pemberantasan korupsi adalah suatu hal yang kecil, maksudnya kekayaan yang dicuri para koruptor itu sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang tanpa disadari karena kesalahan sistem dan lebih kecil lagi dengan potensi bangsa yang masih belum tergali. Pemberantasan korupsi menjadi tidak berdaya karena negeri kita ini bagaikan negeri para maling, pencari dan pencuri sama-sama maling, susah kita bedakan. Kesalahan yang paling besar adalah kita sudah sangat merasa yakin dengan sistem ekonomi maling padahal sistem ekonomi kita adalah kekeluargaan tetapi sayang sudah sangat jauh dipelesetkan. Masih ada harapan dan waktu unutk mensejahterakan Indonesia, masih ada pemuda2 yang berjuang memajukan Indonesia dll. Buka mata dan telinga, cahaya kebenaran itu sebenarnya dekat dan sangat terang coba jangan tutup mata dan telinga sehingga hidayah itu menghampiri...

    ReplyDelete
  3. Aku rindu Indonesia ini maju, sejahtera dan makmur. sayang sampai saat ini aku belum temukan figur pimpinan yang memahami bangsanya. Harta kekayaan bangsa ini begitu melimpah, lautan dan daratan begitu luas, penduduknya begitu beragam. Sayang belum aku temukan pemimpin yang mampu menggerakan semua potensi ini untuk kebaikan semua.
    Aku melihat bangsa ini begitu lemah dan mengarah kepada keruntuhan yang mungkin tidak akan lama lagi. Au menangis karena para ahli agama, ahli ilmu, cendekia, teknokrat begitu sempit berpandangan tentang berbangsa. Bahwa keterpurukan bangsa ini lebih dikarenakan cahaya ilmu yang padam, diakui memang pengetahuan dan teknologi begitu berlimpah tapi sayang kehilangan tujuannya.
    Kembalilah saudaraku.... bahwa Tuhan jelas memiliki arah yang teramat tepat terhadap penciptaan-Nya, kita harus kembali ke ajaran-Nya.
    Islam, Kristen, Hindu, Budha dan lainnya boleh jadi bersumber dari asal yang sama, kalau kalian merasa yang paling benar tunjukkan bahwa kita bisa menginspirasi untuk kejayaan Indonesia.
    Tuhan kita Maha Besar, janganlah kita picik dengan pandangan sempit dan mudah menyalahkan. Ayo berlomba dengan kebaikan untuk Indonsia

    ReplyDelete