Aku muak mendengar pidatomu
Aku tak tertarik membaca buku-bukumu dan mendengarkan musikmu
Aku heran ketika kau permasalahkan monarki
pada saat banyak hal lain perlu dapat prioritas, korupsi yang terjadi di depan hidungmu
Aku muak baca berita, warung kecil hendak kau kenai pajak
pada saat kau biarkan aparat pajakmu merajalela
Hendak kau kemanakan kami, jika sikapmu seperti itu
mudah-mudahan mereka sadar telah salah memilihmu
Aku muak lihat sikap marahmu pada kami
sementara negara tetangga menginjak kepalamu, kau diam saja
Aku muak mendengar keluhanmu dan tetesan air matamu
air mata kami sudah kering
Yang aku punya sekarang tinggal satu puisi kosong dengan sumpah serapah
No comments:
Post a Comment