Thursday, November 17, 2016

Kasihan Rakyat Indonesia

Pada saat Jokowi memenangkan pemilihan presiden Indonesia pada tahun 2014 lalu, saya melihat kegembiraan meluap-luap hampir di segenap penjuru negeri ini.  Bukan hanya sebuah kemenangan yg ditunggu-tunggu dan diharapkan dengan cemas, tapi terlebih karena adanya harapan akan perubahan keadaan negeri ini, kemana lagi tentu ke arah yang lebih baik.

Apa yg terjadi kemudian adalah antiklimaks.  Perlahan-lahan publik menyadari bahwa apa yang diharapkan dan ditunggu-tunggu itu hanyalah mimpi di siang hari yang terang benderang.  Kebijakan-kebijakan yang diambil presiden Jokowi tidak banyak berbeda dengan pendahulunya. Saya sebut saja beberapa contoh: komitmen terhadap kasus pelanggaran HAM, komitmen atas perang melawan korupsi, kebijakan ekonomi dll.

Salah satu contoh yang nyata adalah kebijakan kerja sama dengan China yang berujung dengan datangnya para pekerja kasar dari China. Jelas itu kebijakan yang mengecewakan dan menyakitkan, di saat lapangan pekerjaan sulit dan tingkat pengangguran tinggi....

Kebijakan membangun kereta cepat Jakarta Bandung (lagi-lagi kerja sama dengan China), silakan Anda menilai sendiri seberapa urgennya membangun kereta cepat Jakarta Bandung. Saya pribadi berpendapat membangun kereta bandara yang sudah direncanakan bertahun-tahun yang lalu, jauh lebih penting untuk didahulukan.  Juga memperluas jaringan KRL commuter yg selama ini melayani jalur Jakarta Bogor dan Jakarta Bekasi, sy yakin itu jauh lebih pentng untuk dikembangkan.

Entah dari mana pak Jokowi punya ide membangun kereta cepat Jakarta Bandung, siapa penggagas ide tersebut ? walahualam....

Tentu ada banyak hal positif juga yg telah dibangun oleh pak Jokowi, misalnya perang menegakkan kedaulatan Indonesia di laut, menangkap pencuri ikan dll.  Tapi selalu saja ada satu dua kebijakan yang terasa janggal dan semakin janggal karena itu menyangkut harkat & martabat rakyat Indonesia.

Contoh lainnya adalah pengangkatan Arcandra Tahar sebagai Menteri Energi & Sumber Daya Mineral pada 27 Juli 2016.  Aneh bin ajaib bahwa seorang dengan status warga negara asing bisa diangkat menjadi menteri, hal itu menunjukkan kecerobohan administratif pemerintah Jokowi.  Lebih aneh lagi bahwa setelah diberhentikan sebagai menteri pada 15 Agustus 2016, Arcandra diangkat lagi kali ini sebagai Wakil Menteri Energi & Sumber Daya Mineral.  Pertanyaan untuk pak Jokowi kenapa begitu ngotot mengangkat Arcandra sebagai pejabat ?  ada apa, apa tidak ada calon potensial yang lain, sedemikian miskinnyakah kita dengan orang-orang yg punya kapabilitas menjadi Menteri ?

Alhasil saya kasihan dengan rakyat Indonesia yang seolah-olah telah "ditipu" atau "tertipu" oleh janji-janji manis dan muluk pada saat kampanye dulu.   Lepas dari mulut buaya, jatuh ke dalam mulut buaya lain (yg lebih kecil).   Nasibmu jadi rakyat.


No comments:

Post a Comment