Tuesday, June 08, 2010

Saya tidak bangga dengan Sri Mulyani

Terkait dengan pengangkatan Sri Mulyani menjadi salah satu Direktur Bank Dunia yg berkantor di New York, banyak orang Indonesia yg bangga, tidak terkecuali Presiden SBY.

Saya sepakat bahwa bukan hal mudah untuk bisa menjadi Direktur di Bank Dunia, tentu dibutuhkan keahlian, kompetensi dan pengalaman, yang tidak hanya diakui di Indonesia tapi juga di tingkat internasional. Kita juga tentu sepakat bahwa sangat sedikit orang di Indonesia yang mampu mencapai tingkatan kemampuan seperti itu.

Tapi pokok persoalan bukan di situ, banyak orang pandai di negeri ini, doktor lulusan luar negeri jumlahnya tak terhitung, tapi seberapa banyak yg benar-benar peduli dengan Indonesia ?

Kembali ke Sri Mulyani, banyak hal tidak pantas terkait dengan pernyataan, sikap atau kebijakan beliau pada saat masih menjabat sebagai Menteri Keuangan.
1. kasus mafia pajak di Departemen Keuangan
2. skandal Bank Centuty
3. pernyataan Sri Mulyani tentang menarik pajak dari orang kaya

Terkait kasus mafia pajak pasca penangkapan Gayus Tambunan, saya belum melihat adanya tindakan nyata dan tegas dari Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan. Lebih menyakitkan lagi melihat fakta bahwa standar gaji di Departemen Keuangan sdh dibuat jauh lebih tinggi dibanding instansi lain untuk mencegah korupsi, nyatanya kasus korupsi masih terjadi. Selain itu tidak masuk akal bahwa seorang Gayus dari Golongan III.A bisa melakukan tindakannya secara independen, pastilah melibatkan banyak pejabat di level yg lebih tinggi. Pertanyaannya: tindakan tegas apa yg sudah dilakukan Sri Mulyani untuk memberantas mafia pajak ini ?

Terkait Bank Century, proses penyelidikan belum selesai atau malah belum dimulai ? hasil penyelidikan awal oleh Pansus DPR menyimpulkan bahwa kasus ini perlu ditindaklanjuti secara hukum.

Terakhir adalah pernyataan Sri Mulyani yang dimuat di Kompas, 14 Mei 2010, bahwa sulit menarik pajak dari orang kaya. Bagi saya ini pernyataan tidak bertanggung-jawab dan menyakitkan. Apa maksud Sri Mulyani dengan pernyataan ini ?, apakah dia bermaksud mengatakan bahwa menarik pajak dari orang miskin itu mudah, karena orang miskin bodoh dan tidak berdaya, tidak mampu membayar/menyuap mafia pajak. Jadi orang miskin dan melarat yang hidupnya sudah sengsara itu wajib membayar pajak jika tidak mau berurusan dengan hukum. Sedangkan orang kaya tidak perlu khawatir karena dengan uangnya yang banyak itu bisa ber-kongkalikong dengan mafia pajak untuk dibebaskan dari kewajiban pajak.

Dari pernyataan Sri Mulyani ini kita bisa menyimpulkan macam-macam:
1. Sri Mulyani bisa saja tidak peduli dengan kondisi dimana orang miskin tanpa kecuali wajib membayar pajak, orang kaya bisa bebas pajak, tergantung kesepakatan dengan mafia pajak
2. Sri Mulyani tidak mampu mengatasi dan mengendalikan mafia pajak yg bercokol di Departemen Keuangan yg dia pimpin
3. Sri Mulyani tidak mau mengatasi dan memberantas mafia pajak di Departemen Keuangan.

Jika yang pertama yg terjadi berarti Sri Mulyani tidak punya hati, tidak punya belas kasihan dan tidak punya rasa keadilan.

Jika yang kedua yang terjadi berarti Sri Mulyani tidak punya keberanian, tidak mampu, tidak sanggup menjalankan tugas sebagai Menteri Keuangan.

Jika yang terakhir yg terjadi, hal ini menimbulkan pertanyaan baru, kenapa tidak mau ?, apakah Sri mendapat keuntungan dari kondisi itu ? apakah Sri merupakan bagian dari Mafia Pajak ?, atau ada kekuatan lain yg lebih besar lagi yg mengendalikan Sri ?

Dengan fakta-fakta di atas, apakah Anda masih akan bangga dengan Sri sebagai salah satu putri terbaik bangsa ini ?

1 comment:

  1. Arogansi intelektual mulai telah tumbuh saat dia seorang perempuan ternyata mampu melebihi kinerja kaum lelaki di kepemimpian/ kekuasaan.Sayang arogansi itu terus tumbuh subur yang akhirnya tampak kontadiktif saat dia tidak mau/ tidak berani/ mengakui kelemahan fatal atas keputusan-tindakan yang keliru saat dia memiliki kekuasaan lebih dari pemerintah. Ternyata dia hanya perempuan yang eosional .

    ReplyDelete