Monday, September 10, 2012

Senjata Apa, Untuk Siapa

Percaya nggak, Indonesia punya kapal siluman ?   Sabtu, 1 September 2012, saya sempat kaget membaca harian Kompas, bahwa TNI AL baru saja meluncurkan kapal silumannya, yg diproduksi di dalam negeri oleh PT Lundin Industry Invest, Banyuwang, Jawa Timur.

Antara kagum, heran dan bertanya-tanya, itu reaksi saya, saya bukan pengamat militer, namun saya hobby mempelajari hal-ihwal yang terkait militer persenjataa dan sejarah perang.   Dan berdasarkan apa yang saya pahami, banyak hal yang tak jelas bagi saya.

Dua pertanyaan terbesar saya yang bisa menjadi bahan diskusi bagi Anda yang tertarik:
  1. kenapa Indonesia meluncurkan kapal siluman ini, apa urgensinya, apakah memang ada ancaman nyata yang perlu dihadapi dengan kapal perang jenis ini
  2. kenapa Indonesia begitu yakin dengan kapal buatannya sendiri, apakah sudah diuji dan ditest dengan baik, sekedar info saja di dunia saat ini hanya ada satu negara yang mengoperasikan kapal siluman yaitu Amerika Serikat, belum ada satupun negara di luar AS yg mengoperasikan kapal serupa.
Pertanyaan pertama terkait apakah memang Indonesia membutuhkan kapal seperti ini.  Apakah ancaman nyata yang dihadapi Indonesia saat ini ? apakah pencurian ikan, atau ancaman agresi Malaysia merebut sejumlah pulau Indonesia ? atau ancaman dari Cina ?  Saya tidak ingin berdebat kusir, hal-hal seperti ini adalah wewenang Dephankam untuk menjelaskan, mudah-mudahan mereka sudah menjelaskan, hanya informasinya saja yang tidak sampai ke publik.

Jika pertanyaan pertama sudah terjawab dengan baik, barulah kita perlu masuk ke pertanyaan kedua. Yang menjadi keheranan saya, bahwa fakta selama ini Indonesia dikenal tidak begitu menghargai produk dalam negerinya sendiri, selalu cenderung lebih percaya pada produk luar negeri.  Di sinilah keheranan muncul, reaksinya bisa kagum karena keberanian petinggi TNI AL mengambil keputusah untuk percaya pada produk dalam negeri.  Reaksi sebaliknya adalah mempertanyakan kebijakan tersebut, kenapa percaya pada produk dalam negeri yang belum teruji.

Isu senjata ini menjadi semakin hangat dipergunjingkan sejak munculnya kabar TNI AD hendak membeli tank berat (MBT Main Batrle Tank) type Leopard 2 dari Jerman dalam beberapa bulan terakhir.  Pertanyaan yang utama masih sama, apakah urgensinya membeli tank kelas berat itu, apakah memang ancaman nyata yang ada perlu dihadapi dengan tank berat.  Apakah sekedar supaya tidak kalah dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang sudah terlebih dahulu mempunyai tank serupa ?

Bagi saya isu ini menjadi semakin menarik setelah membaca sebuah kolom di majalah Mingguan Tempo, edisi 10-16 September 2012, kolom berjudul "Ruwetnya pengadaan persenjataan TNI" ditulis oleh Djoko Susilo, mantan anggota Komisi Pertahanan DPR 1999-2009.

Betapa ruwetnya proses pengadaan, menunjukkan betapa tidak seriusnya pemerintah (dan tentara) dalam urusan pengadaan persenjataan.  Menurut saya problem terbesar adalah adanya pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan langsung dari proses pengadaan (baca: korupsi), dan pemerintah tidak mampu atau tidak mau mengendalikan proses pengadaan ini dan menjaganya tetap bersih dan transparan.

Saya tidak setuju dengan Djoko Susilo terkait keprihatinannya dengan keterbatasan budjet anggaran pertahanan.  Menurut saya yang terpenting adalah bagaimana budjet yang tersedia digunakan dengan sebaik-baiknya, secara bersih, akuntabel, transparan, terencana.  Yang terjadi saat ini budjet yang sudah kecil dikorupsi pula, jika budjet diperbesar tanpa membuang terlebih dahulu mental korup, maka yang terjadi adalah korupsinya juga semakin besar.

1 comment: