Tuesday, October 02, 2012

Tambah Mobil untuk Jakarta

Jika Anda tinggal di Jakarta, punya kehidupan yang baik (penghasilan cukup dan pekerjaan tetap tentunya). Ingin hidup yang nyaman, rutin berangkat kerja ke kantor setiap pagi tanpa harus berdesakan di bus yang penuh penumpang berkeringat. Ingin menikmati akhir pekan di Jakarta sambil jalan-jalan bersama keluarga.  Maka bisa dipastikan bahwa Anda akan merasa membutuhkan mobil pribadi, dan saya kira hampir pasti Anda akan membelinya -karena Anda mampu-.  

Berapa banyak orang seperti Anda di Jakarta ini ?  Di kantor saya, beberapa pegawai yang belum lama diterima di perusahaan, umum terjadi setelah beberapa tahun bekerja, kemudian menikah, dan tak lama kemudian punya mobil sendiri, yang dipakai berangkat kerja bersama istri atau suami.  Saya kira itu hal yang umum terjadi dimana-mana, angkatan kerja usia produktif, karyawan muda, eksekutif muda, hampir semuanya saya yakin pada satu saat akan merasa membutuhkan mobil pribadi, karena fasilitas transportasi publik yang tidak memadai.

Hal itu yang saya ingin ajak Anda untuk renungkan saat ini.  Berapa banyak populasi mobil di Jakarta dan seberapa cepat laju pertumbuhannya ?   Seberapa macet Jakarta saat ini ? seberapa besar biaya yang terbuang menguap percuma karena macet.

Jika mau jujur, itu sebetulnya adalah potret kegagalan pemerintah menyediakan sarana transportasi publik yang baik.  Jika saja transportasi publik itu cukup nyaman, cukup banyak jumlahnya, maka orang tidak perlu menunggu begitu lama untuk mendapatkan kendaraan berangkat dan pulang kerja. Setelah masuk buspun tidak harus bersesakan dengan penumpang lain.

Hal tersebut tidak hanya menunjukkan kegagalan pemerintah menyediakan transpotasi yang baik tapi juga membuktikan bahwa pemerintah tidak punya visi, bukan hanya tentang bagaimana menyediakan prasarana yang baik tapi lebih jauh adalah bagaimana mengelola negeri ini. Isu transportasi publik dimana semua orang dipacu untuk memiliki mobil pribadi erat sekali kaitannya dengan konsumsi BBM Indonesia yang sangat tinggi.  Pemerintah berulang-kali mengeluhkan tingginya anggaran yang diserap untuk memberi subsidi BBM, tapi di lain pihak pemerintah membiarkan masyarakat berlomba-lomba memiliki kendaraan pribadi yang sudah jelas meng-konsumsi BBM yang sangat tinggi. Pemerintah tidak punya visi, tidak punya konsep.

Bandingkan dengan Malaysia. Sewaktu saya ke Kuala Lumpur beberapa waktu yang lalu, dimana-mana saya lihat poster kampanye hijau untuk mengurangi kendaraan pribadi, polusi berkurang, konsumsi BBM juga berkurang, biaya yang harus dikeluarkan lebih sedikit, hidup lebih sehat dan nyaman. Tapi di lain pihak secara paralel pemerintah menyediakan fasilitas MRT yang bagus dan nyaman dalam jumlah cukup.   Saya kira pemerintah Indonesia tidak cerdas dalam hal ini.


Sabtu lalu tanggal 30 September 2012 saya berkesempatan ke pameran mobil IIMS (Indonesia International Motor Show 2012).  Luar biasa ramainya pengunjung, kendaraan masuk ke area parkir antri dan macet.    Kesempatan bagus yang dimanfaatkan penyelenggara, karcis masuk mobil Rp 10.000.- plus "ongkos parkir tak resmi" antara Rp 2.000.- sampai Rp 5.000.-



Di satu sisi pamerannya OK banget, mobil-mobil bagus dengan model terbaru, harga promosi tentu sangat menarik. Jumlah transaksi saya yakin terjadi hingga Milyaran Rupiah, dari sudut pandang penyelenggara (dan secara ekonomi) pameran ini berhasil baik sekali.

Tapi di lain pihak, kita patut prihatin. Bahwa semakin banyak mobil yang terjual, semakin penuh Jakarta. Semakin macet, semakin tinggi polusi, semakin besar konsumsi BBM, semakin tinggi alokasi budjet untuk subsidi BBM.  Hidup kita tidak menjadi lebih nyaman, malah sebaliknya....

(gambar terlampir adalah iklan pembiayaan mobil dari BII, diambil dari tempat pameran IIMS 2012)

No comments:

Post a Comment