Monday, November 26, 2012

Mobil Siapa untuk Jakarta

Posting berjudul "Pilih Siapa untuk Jakarta" terjawab sudah.  Jokowi telah terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta yang baru, saya bersyukur dan lega  dan tentu juga bergembira, bahwa setidaknya ada peluang perubahan untuk Jakarta yang lebih baik. Rekam jejak Jokowi selama menjabat Walikota Solo memberi saya keyakinan bahwa ada harapan baru untuk Jakarta yang baru. Di lain pihak terpilihnya Jokowi juga membuat saya lega dan bergembira bahwa ternyata warga Jakarta cukup cerdas untuk tidak terjebak pada kampanye SARA yang ramai terjadi pada proses kampanye calon gubernur DKI Jakarta.

Ingat Jokowi, saya jadi teringat dengan mobil Esemka hasil rekayasa beberapa siswa sebuah sekolah kejuruan tingkat menengah di Solo.  Keberanian Jokowi untuk kemudian menggunakan mobil tersebut sebagai kendaraan dinasnya, menurut saya juga perlu diacungin jempol.  Lepas dari kelebihan-2 atau kekurangan-2 yang masih ada pada mobil tersebut, dukungan moril dan dukungan politik yang diberikan oleh Jokowi itulah yang membedakan Jokowi dengan pemimpin lainnya di negeri ini.

Indonesia butuh pemimpin yang punya visi. Visi tentang membangun negeri, mensejahterakan rakyat, visi tentang membangun kemandirian, independen, tidak tergantung pada negara atau pihak lain.  Setidak-tidaknya dalam hal mengembangkan mobil nasional, bagi saya Jokowi punya visi. Sekali lagi lepas dari bagus atau tidaknya mobil Esemka, kita perlu memberi apresiasi terhadap karya bangsa. Seandainya -katakanlah mobil Esemka itu buruk dan tidak bermutu, tidak menjadi alasan bagi kita untuk mematikannya, justru seharusnya itu menjadi tantangan untuk memperbaiki kualitasnya.

Kembali ke Jakarta, masih nyambung dengan posting saya sebelumnya tentang "Tambah Mobil untuk Jakarta" dimana setiap hari populasi mobil bertambah, bahkan orang dipacu untuk terus membeli mobil baru.  Pertambahan populasi mobil terkait langsung dengan kemacetan yang saat ini menurut saya sudah di tingkat yang "aneh dan tidak masuk akal".

Dalam kondisi ini, pertanyaan lanjutannya adalah: siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan.  Masyarakat jelas dirugikan, karena harus mengalokasikan dana untuk membeli mobil pribadi (yang sebetulnya tidak perlu jika transportasi publik sudah bagus), masyarakat dirugikan karena macet dimana-mana menyebabkan inefisiensi dan pemborosan, masyaralat dirugikan karena tingkat polusi menjadi sangat tinggi, dampak buruk bagi kesehatan.

Siapa diuntungkan ?  sudah jelas para produsen mobil adalah pihak yang paling diuntungkan dari situasi bodoh ini.  Ratusan  juta rupiah dibelanjakan masyarakat untuk memperkaya para pelaku industri mobil, pabrik mobil (yang semuanya adalah pihak asing) karena Indonesia tidak punya mobil nasional, para ATPM (agen tunggal pemegang merk), para dealer dsb. 

Sekali lagi hal ini membuktikan bahwa para penyelenggara negeri ini tidak cukup cerdas untuk bisa mengelola dirinya sendiri dengan baik.  Kok mau-maunya menjadi orang bodoh dan dibodohi oleh negara lain, kita rakyat Indonesia kebagian harus membayar biaya hidup yang tinggi plus harus menghirup udara yang sudah dicemari asap knalpot dari ribuan mobil di Jakarta.  Di lain pihak, uang yang kita bayar memperkaya para pengusaha dan pabrik mobil (asing).  Plus presiden SBY (jika tidak sedang main gitar) curhat harus mengalokasikan trilyunan Rupiah untuk subsidi BBM.

Dalam konteks inilah, saya mengapresiasi langkah Jokowi yang dengan berani memperkenalkan dan bahkan menggunakan mobil ecek-ecek karya siswa SMKN dari Solo sebagai mobil dinasnya.

Mudah-mudahan di masa mendatang akan lebih banyak lagi Jokowi-Jokowi lainnya........
 

No comments:

Post a Comment