Sunday, June 15, 2014

Dialog sensitif Menjelang Pilpres 2014

Beberapa hari lalu, saya bertemu dan berdialog dengan seorang sahabat, kawan dekat cukup lama, dia seorang non Muslim, tepatnya Katolik.

Meski kami berbeda keyakinan tapi kami bebas berdiskusi, mungkin karena sudah menjadi kawan sejak kecil, sudah ada rasa percaya dan tidak ada kekhawatiran untuk mengungkapkan pikiran secara terbuka.

Dia menyampaikan keprihatinan dan keheranannya, ada apa dengan bangsa ini. Keheranan bermula dari apa yg dilihatnya, yaitu begitu kuat dan banyaknya pendukung Prabowo Subianto sebagai capres. Padahal jujur saja menurut dia, Prabowo jauh lebih banyak "mudharat"nya, keterkaitan Prabowo atas kasus 1998, pemecatan dari dinas militer, begitu banyak fitnah dan kampanye hitan dari kubu Prabowo, lalu koalisi yang dibangun Prabowo yang terang-terangan merupakan koalisi berbasis transaksi dan bagi-bagi jabatan. Relasi atau jaringan yg dibangun Prabowo dengan partai-partai korup (meskipun PDIP juga korup).

Sahabat saya punya dugaan yang kemudian berubah menjadi keyakinan, bahwa dukungan publik pada Prabowo terutama karena satu hal yaitu sentimen agama (baca: ketidak-sukaan atau kebencian pada Kristen).  Itulah sebabnya seberapapun "dosa"nya Prabowo dan tingkah lakunya yang kotor (keterlibatan pada kasus 1998, fitnah, kampanye negatif, sikapnya yang pro Orba/Soeharto dan segala hal buruk lainnya) publik tetap akan memilih dia karena satu hal: koalisi Prabowo dengan partai-partai Islam.

Sebaliknya Jokowi, meskipun lebih merakyat, bijak dan punya rekam jejak yang bersih banyak orang tidak bisa menerima "persekongkolan" Jokowi dengan PDIP yang dianggap sekuler, kebijakan Jokowi yang dinilai pro Kristen bahkan pro Zionisme (meskipun tanpa bukti), dll.

Singkat kata, sahabat saya ini merasakan adanya aura bawah sadar masyarakat, adanya kebencian pada Kristen.  Dia sebut salah satu contohnya, waktu dia mendengar orang berkata: "Jangan pilih Jokowi jadi presiden, sebab nanti Ahok yg Kristen naik jadi Gubernur Jakarta". 

Jadi dia merasakan bagaiman sikap masyarakat yang bahkan lebih rela dipimpin penjahat asalkan dia pro Islam dibandingkan dengan seorang Kristen atau pro Kristen.

Diskusi kami berlanjut, saya katakan bahwa bisa jadi kegelisahan yang dia rasakan itu benar adanya.  Pertanyaannya sekarang adalah kenapa (warga Kristen begitu dibenci) dan bagaimana menghadapi ini (bagaimana seharusnya warga Kristen bersikap).

Saya katakan bahwa agama Kristen dan/atau Katolik punya dosa sejarah.  Penjajahan oleh dunia barat pada masa kolonialisme dibaca sebagai penjajahan oleh Kristen.  Selama perang salib, kaum Kristen melakukan kekejaman pada umat Muslim. Sekarangpun kampanye melawan terorisme yang didengungkan oleh Amerika (Barat) dibaca sebagai serangan terhadap Islam (sekalipun tidak sepenuhnya benar, karena Amerika melakukan kekejaman yang sama ke Amerika Latin yg Katolik).

Sahabat saya berpikir lama, terdiam dan mengangguk-angguk, "....bisa.jadi benar....."

Kemudian saya tambahkan, ".....tapi kalian orang Kristen, tidak perlu berkecil hati, karena Islam dan bangsa Indonesia sebetulnya punya toleransi yang besar.....".  Saya katakan bahwa sekalipun ada FPI yg dengan garangnya menggunakan kekerasan untuk "membela" Islam, tapi tidak sedikit umat Muslim yang tidak setuju dengan cara-cara FPI.....   Selain itu meskipun banyak sekali pendukung Prabowo yg dilihat sebagai pembela Islam, banyak pula pendukung Jokowi yang meletakkan bangsa dan negara ini di atas segala-galanya. Jadi, saya katakan lagi,"...... kamu masih tetap harus bersyukur........"

Saya lanjutkan, bahwa warga Kristen harus lebih peka, menyadari adanya "dosa sejarah" yang dilakukan oleh Kristen, yang mungkin masih lekat dipersepsi oleh banyak Saudara Muslim.

Saya tambahkan lagi untuk membesarkan hati sahabat saya bahwa selama ini sebetulnya sudah banyak juga umat Kristen atau tokoh Kristen yang memainkan peranan besar bagi bangsa ini, saya contohkan misalnya
Soegijapranata, seorang pejabat gereja yang sekaligus pemimpin pejuang, lalu orang-orang seperti Romo Mangun yang selalu tampil di depan membela wong cilik, lalu Romo Sandiawan Sumardi (yang  terang-terangan mendukung gerakan reformasi mahasiswa tahun 1998) juga Romo Magnis Suseno dan Mudji Sutrisno yang aktif menjalin relasi dengan kelompok-kelompok Islam.

Warga Kristen harus lebih aktif terlibat dengan bangsa ini, memainkan peranan penting dan menunjukkan keberpihakan pada rakyat.

Saya tambahkan pula bahwa Soeharto juga mempunyai peranan besar membuat warga Kristen tidak disukai, karena strategi Soeharto yang membungkam suara dan kekuatan Islam, sementara di lain pihak Soeharto menjalin relasi kuat dengan CSIS (group pemikir yang dibentuk oleh kelompok Kristen), tambahan pula salah satu tangan kanan Soeharto adalah Jendral LB Murdani yang beragaman Katolik.  Semua itu membuat kebencian banyak orang pada Kristen. Sekalipun belum tentu pemikiran tersebut benar, sebagai contoh sepanjang yg saya lihat Jendral LB Murdani adalah seorang militer tulen (menomor satukan bangsa dan negara, dan tidak ambil pusing dengan gereja).

.....lama kami terdiam......

Dialog dan diskusi panjang ditutup dengan doa dan harapan, siapapun yang terpilih memimpin negeri ini, semoga Indonesia menjadi lebih baik, rakyat sejahtera dan damai, hukum ditegakkan dan  korupsi diberantas, dan rakyat negeri ini bisa berdiri tegak dengan bangga: saya orang Indonesia..
.






No comments:

Post a Comment