Monday, January 05, 2009

CIA di Indonesia

Terbitnya buku karangan Tim Weiner yang berjudul Legacy of Ashes, The History of The CIA membawa kehebohan sendiri bagi kita karena adanya isu bahwa Adam Malik adalah seorang agen CIA. Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Membongkar Kegagalan CIA, Spionase Amatiran sebuah Negara Adidaya.

Mengenai isu Adam Malik sebagai agen CIA, tentu ini menimbulkan kontroversi, mengingat reputasi beliau sebagai salah seorang diplomat kawakan Indonesia. Tapi percaya atau tidak biasanya tidak akan ada asap bila tidak ada api. Hasil polling majalah Tempo menunjukkan bahwa mayoritas responden ternyata cenderung percaya dengan pernyataan Tim Weiner di bukunya tersebut.

Saya tidak ingin menuduh Adam Malik, dan menurut saya itu juga bukan hal utama yg seharusnya menjadi keprihatinan kita. Lepas dari benar tidaknya Adam Malik sebagai agen CIA, jauh lebih penting kita menyadari bahwa negara kita sudah menjadi objek kesewenang-wenangan Amerika Serikat, sejak kurun tahun 1950an, bahkan mungkin jauh sebelum itu.

Informasi yang dipaparkan, termasuk yg bersumber langsung dari dokumen-dokumen resmi yang sdh di-deklasifikasi menunjukkan betapa Amerika bermain kotor di negeri kita. Sadarkah Anda bhw harkat & martabat kita berbangsa dan bernegara telah dilukai. Inipun bukan buku pertama yang secara terang-terangan membeberkan betapa Indonesia (dan banyak negara lain) selama ini telah dijajah dan dihina oleh Amerika Serikat. Bila Anda sudah membaca buku karangan John Perkins yg berjudul Confession of an Economic Hit Man, Anda akan semakin menyadari hal ini.

Apa yang membuat saya takjub adalah... bahwa pemerintah, wakil rakyat, pihak militer, intelijen dan para penyelenggara negara seolah tidak tahu dengan hal ini. Entah tidak tahu, atau tidak peduli, atau pura-pura tidak tahu atau tahu tapi takut. Hal ini jelas sekali terlihat karena tidak adanya upaya para penyelenggara negara untuk menegakkan harkat dan martabat, kedaulatan kita atas negeri ini.

Saya juga tidak sependapat dengan Budiarto Shambazy, wartawan kawakan Kompas yg menulis kata pengantar untuk buku ini. Shambazy terlalu meremehkan CIA. Okelah bahwa CIA melakukan banyak keteledoran/kecerobohan, tapi itu sekali-kali tidak mengurangi bahayanya mereka. Terbukti CIA telah berhasil membentuk dan menguasai Rezim Orde Baru yang menguasai Indonesia selama lebih 30 tahun.

Sampai sekarangpun saya kira CIA masih bermain di Indonesia, selama Indonesia masih mempunyai sumber alam berlimpah yg masih bisa diserap (minyak di Aceh, emas di Papua dsb). Sementara para anggota dewan yang terhormat malah sibuk dengan dirinya sendiri, melakukan studi banding ke berbagai negara, tidakkah asyik sendiri itu sama dengan berbuat cabul ?

No comments:

Post a Comment