Saturday, August 09, 2014

Mengenal ISIS

Lagi soal ISIS, yang semakin hari semakin ramai menjadi bahan perbincangan.  Setidaknya sudah ada tiga menteri yang menyatakan sikap resmi dari Pemerintah Indonesia atas gerakan ISIS yaitu Menteri Luar Negeri, Menteri Agama serta Menteri Hukum dan HAM.  Disusul kemudian Panglima TNI dan tak ketinggalan pernyataan resmi dari MUI dan beberapa Ormas Islam.

Namun aneh bin ajaib bahwa hingga saat ini berbagai rekaman video tentang ISIS masih bisa diakses melalui Youtube, padahal sudah banyak permintaan untuk melakukan blokir atas konten tersebut, bahkan juga dari presiden SBY. Saya tidak tahu apakah pak Tifatul Sembiring termasuk simpatisan dan pendukung ISIS, hanya beliau sendiri yang tahu.....

Bahwa ISIS dilarang di Indonesia sekarang sudah jelas, tapi apa itu ISIS, bagaimana proses terbentuknya dan apa tujuan gerakan tersebut, saya kira masih banyak orang yg belum paham. Kebanyakan orang (termasuk saya sendiri) memahami ISIS secara tidak lengkap, bahwa ISIS kejam, bahwa ISIS menghancurkan Mesjid dan Gereja, bahwa ISIS mengusir warga Kristen di Mosul dsb......  tapi apa atau kenapa......  Siapa di belakang ISIS ini ?

Beberapa waktu lalu muncul sebuah situs yg menyebutkan bahwa menurut dokumen yg didapat Snowden, ISIS adalah bentukan intelijen tiga negara yaitu Inggris, Amerika dan Israel.   Apakah betul ?  saya tidak yakin, hingga saat ini saya tidak melihat indikasi ke arah itu.  Cukup sulit untuk melakukan klarifikasi atas hal ini atau setidaknya mencari sumber informasi alternatif.

Syukurlah bahwa pada tanggal 7 Agustus 2014 lalu, Harian Kompas memuat satu artikel menarik yg bisa menjadi salah satu rujukan tentang ISIS, judulnya: "NIIS Indonesia dan Evolusi Teror Mondial", tulisan Noor Huda Ismail.

Memang artikel ini belum bisa menjawab semua rasa penasaran kita atas ISIS, tapi setidaknya beberapa hal menjadi jelas atau lebih jelas (dan masuk akal).

Mengacu pada artikel tersebut, saya membuat beberapa catatan (kesimpulan saya):
  1. Bahwa ISIS bukan dibentuk oleh intelijen Inggris, Amerika Serikat dan Israel. Tapi bahwa salah satu pendorong  terbentuknya ISIS adalah invasi Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003.
  2. Salah satu penyebab lahirnya ISIS adalah kehadiran Amerika Serikat di Irak, jatuhnya Saddam Husein dan pemerintah baru Irak dibawah Perdana Menteri Nouri al-Maliki yang beraliran Syiah dan tidak mengakomodasi kepentingan kaum Sunni.
  3. Abu Bakar al-Baghdadi yang saat ini menjabat sebagai Khalifah ISIS adalah salah satu anggota intelijen Irak yang ditahan tahun 2003 oleh Amerika Serikat dan dibebaskan pada tahun 2004.
  4. Mengacu pada butir no. 2 di atas, menjadi masuk akal bahwa ISIS memendam kebencian kepada kaum Syiah.  Saya menduga bahwa ISIS memendam kebencian kepada Kristen karena Amerika Serikat dianggap mewakili dunia Kristen (padahal tidak).
Lepas dari benar tidaknya kesimpulan yg saya ambil (yang sepenuhnya bergantung pada valid tidaknya artikel yg ditulis oleh Noor Huda Ismail).  Ada setidaknya satu catatan yg bisa ditulis dan menjadi pelajaran bagi kita di Indonesia:

Bahwa siapapun harus berhati-hati betul, jangan sampai melakukan kekerasan dan diskriminasi pada pihak manapun, bahkan terhadap golongan minoritas, kenapa ? karena tindakan ini berpeluang mendorong lahirnya kelompok-kelompok radikal yang memendam kemarahan dan kebencian dan kemudian melakukan  tindakan balas dendam yang bisa jadi jauh lebih kejam.

Kita masih ingat peristiwa Sampit, Kalimantan beberapa tahun lalu, yang konon disebabkan karena tindakan semena-mena kaum etnis Madura pada Suku Dayak, yang nota bene adalah penduduk asli. Sampai di satu titik Suku Dayak yg merasa ditekan, disepelekan dan (mungkin) dihina menjadi marah dan melakukan balas dendam tak terkendali sehingga banyak orang Madura di Sampit yang kehilangan kepalanya.

Saya bukan bermaksud membela Suku Dayak atau ISIS, saya hanya ingin mengajak kita semua untuk mempelajari akar masalah dari suatu peristiwa, dari situ kita bisa belajar bagaimana seharusnya bersikap.

Khusus bagi para pemuda muslim di Indonesia sudah sangat jelas bahwa mendukung ISIS adalah salah dan tidak relevan dengan konteks Indonesia. Menjadi tugas pemerintah, aparat keamanan: polisi dan tentara serta kaum agamawan alim ulama untuk secara tegas mencegah lahirnya kelompok ekstrim yang berkiblat pada ISIS. Apapun alasan terbentuknya kelompok tersebut, faktanya mereka sendiri sudah mengingkari ajaran Islam yang mengajarkan kedamaian.

No comments:

Post a Comment